Tuesday, August 14, 2012

Buku Sakti Para Pengamat Burung


preparing for the competition: baca baca dulu sebelum lomba

Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan
karya MacKinnon dkk.

bisa dibilang, ini buku sakti para pengamat burung
apalagi yang mau ikut kompetisi Bird Race

@kereta menuju Banyuwangi
22 Juli 2010

Man and the Magz


dalam perjalanan pulang dari Gorontalo
bersebelahan dengan bapak yang ramah

saat mendapatkan momen ini, aku harus segera meraih kamera ponsel
sebelum ponsel dinonaktifkan
sebelum Si Bapak menghentikan aktivitas membacanya ^^v

@Pesawat menuju Jakarta
31 Desember 2011

Saturday, August 11, 2012

book-a-lova | 07

Selamat menyimak jurnal Bookalova di bulan Juli ini. Bagi yang belum tahu, bookalova adalah tag yang kugunakan untuk laporan buku-buku yang kubaca setiap bulannya. Bookalova sendiri sudah dimulai sejak September 2010, terinspirasi dari Mba Yanie (dewayanie) dan Mba Gita (gitalovusa). Untuk tahun ini, ulasan singkat setiap buku difokuskan ke bahasan tentang gaya tulisan dan nilai buku tersebut. Terkait bagaimana ceritanya bisa dibaca di Goodreads (akunku: http://goodreads.com/zeeazzahra). Aku juga hanya memuat buku-buku yang sudah selesai dibaca untuk memudahkan perhitungan target yang dicapai perbulan dan pertahun.

Hingga tanggal 31 ini, buku yang tuntas dibaca ada 6 buku. Selain Islam Liberal 101 yang start readingnya sejak Februari lalu, buku lainnya memang dibaca di bulan ini.p Meski harapannya ingin memprioritaskan baca buku-buku pinjaman, pada akhirnya cuma buku Mba Iwied yang dipinjam dari Mba Ani (lihatbintang) dan buku Fahd milik Mba Linda (teman facebook) yang bisa diselesaikan. Dan berikut ketujuh buku yang dimaksud:

Yang Galau, Yang Meracau - Fahd Djibran
Ini buku ketiga Fahd yang kubaca. Dan selalu suka dengan gaya tulisannya, juga pemikiran yang tertuang dalam buku-bukunya. Konsep creative writhink yang ia gaungkan benar-benar tercermin dalam karyanya. Tapi, karena bahasanya yang bebas lepas (dan kadang berat), membuat buku ini (juga buku lainnya) tak bisa ditelan bulat-bulat.

Tuan Setan merasa sudah saatnya untuk pensiun dari tugasnya. "Manusia udah nggak asyik lagi," katanya, "Kalau semua sudah jahat dan keliru-keliru, lalu apalagi tugasku? Ini malah melebihi target yang diamanatkan undang-undang dasar setan." -hal. 29-30

Baca Kilat - Agus Setiawan
Ini buku hadiah lomba QN Tobie. Jadul banget kan? Sengaja dibaca karena agak-agak desperate dengan tumpukan buku yang tak kunjung dibaca. Harapannya tentu agar aku baca kilat juga. Penulisnya ternyata yang membuat buku the Art of Reading. Belum baca, tapi kalau melihat resensi teman-teman, sepertinya isinya nggak jauh beda. Oya, setelah mengamati, akhirnya aku sadar bahwa gaya bertuturnya mirip gaya Ippho Santosa, komunikatif.

Lalu, bagaimana agar bisa membaca dengan kilat? Intinya sih metodenya mirip hipnoterapi. Kita mengandalkan kemampuan otak kita yang luar biasa, menyentuh sisi-sisi alam bawah sadar kita. Tak perlu dibaca kata perkata, yang penting kita mendapatkan apa yang kita inginkan dari buku tersebut. Menarik! Tapi sepertinya tak berlaku untuk buku-buku Islam. Teringat ucapan seorang ustadzah, beliau bilang, "Pemahaman Islam hanya dapat masuk secara sadar." -konteksnya saat itu tentang kritik atas training motivation, muhasabah shubuh dalam daurah-daurah, dlsb.

Kenapa Harus Melajang? - Dewi Rieka K.
Kenapa harus melajang? Yaa aku juga sebenernya nggak pengen, tapi apa daya... *loh, kok malah curcol? :P* Buku ini dibeli dari lelang amal multiply beberapa waktu yang lalu. Bacaan ringan dengan gaya khas Mba Dedew yang kadang bikin sedikit-sedikit mikir juga, kayaknya jargon I'm single and very happy itu bisa jadi racun juga. Haha..

Klop - Putu Wijaya
Heran! Kenapa kumpcer sebagus ini harus tertumpuk di antara buku-buku diskon Mizan. Dan aku termasuk yang membeli ketika sudah menyusut harganya. Hah! Miris yaa? Seperti itu pula tema-tema yang diangkat Putu Wijaya dalam cerpen-cerpennya. Kritik sosial politiknya dibalut dalam cerpen yang kaya dengan ending yang ciamik.

Kucing Melulu Dan Cerita Cinta (Me)Lulu - Widya Octavia
Ceritanya ringan. Chicklit gitu lah. Emm, lebih ke young-adult sih. Endingnya bisa ditebak. Tapi yang kusuka, Mba Iwied keknya natural banget menggarap novelnya ini. Nggak neko-neko meski banyak bahasan tentang neko. Hehe.. Dan aku suka konsistensi karakter tokoh-tokohnya.

Islam Liberal 101 - Akmal Sjafril
Telat yaa baru tuntas baca sekarang? Gapapa lah. Yang pasti buku ini disampaikan dengan bahasa yang cukup sederhana hingga recommended juga dibaca adik-adik di SMA-ku. Oya, menyelesaikan buku ini sembari nonton serial Omar rasanya klik banget. Emang yah, para penganut Islam Liberal tuh pinter-pinter tapi keblinger.


Sekian. ^_^

***
Ruang tengah,
31 Juli 2012 pk. 06.11 wib
"Gus, maukah kau memberiku tambahan waktu sebelum kita bertemu?" pinta Juli pada Agustus.

Multitasking


Multitasking:
Baca koran sambil dengerin puisi :D

Btw, anak itu puisinya lucu deh:

Guruku
Wajahnya berubah-ubah setiap hari 

:))

Univ. Al Azhar Indonesia,
29 Juli 2012 pk. 13.03 wib

Rasa yang Kadaluwarsa

"Jangan pernah menjaminkan rasa kepada waktu. Ia punya masa kadaluarsanya."

***

Butuh melintasi separuh belahan bumi untuk mengetahui semua sudah berubah di antara kami. Butuh waktu setengah tahun untuk menyadari bahwa saya tidak baik-baik saja selama ini. Dan hanya butuh sendiri selama dua puluh menit untuk memahami bahwa perasaan itu telah menepi. Diam-diam pergi tanpa permisi. Meninggalkan saya-dia sendiri.

Lalu, waktu menyadarkan saya. Semua punya masa kadaluwarsa. Termasuk rasa.

Saya simpulkan: semuanya telah selesai. Hubungan kami expired di waktu yang konon baik ini: triple ten. Saat kebanyakan pasangan berbondong-bondong ke Jembatan Pont Neuf, Paris, mengukuhkan perasaan cinta mereka, saya justru sebaliknya.

Kami benar-benar selesai. Yes, it's done already. Full stop. No coma, no space. There is no option but done itself.

Angin bertiup sedikit lebih kencang. Saya rapatkan syal yang membalut leher. Sudah waktunya kembali.

***

Pada akhirnya, semua harus memilih. Mana bisa kita terus berada di area abu-abu dan meminta waktu yang memutuskan.

Tidak. Waktu tak pernah memutuskan apa pun untuk kita. Kita yang harus bersikap.

Saya sakit. I am not fine. I am definitely in pain. Dan ternyata mengakuai bahwa saya tak cukup baik-baik saja justru membuat saya merasa lebih baik. It's not worth waiting for. I have to move on. Sometimes, we have to spend so much time coming up with a conclusion that we already know. Like me.

It was Sunday, October 10, 2010 when I decided to consider him as one of my friends.

Thank you for being very nice.

Dijon, 0ctober 10th, 2010
Windy Ariestanty
(dalam buku Life Traveler hal. 274-275)

***

Mungkin terlalu picisan. Tapi aku menemukan pesan yang kuat dalam tulisannya ini. Tak melulu soal cinta, tapi kita bisa memandangnya lebih luas lagi.

3 Little Reader



They are Three Little Reader

Pas ke TM Bookstore malam tadi, melihat aksi tiga bocah yang begitu bersemangat membaca buku. Saking fokusnya sampai nggak sadar ada seseorang yang asyik jeprat-jepret di dekat mereka. Hihi.

***
8 Juli 2012

book-a-lova | 06

Bisa dibilang aktivitas baca di bulan Juni mengalami kemerosotan yang sangat dahsyat. Kalau sebelumnya bisa menyelesaikan 8 buku dalam sebulan, kali ini hanya berhasil baca 5 buku. Sesuai target sih.. Tapi kalau ditilik lebih jauh, buku-buku yang udah diselesaikan sebenarnya buku-buku yang udah dicicil baca sebelumnya juga.

Padahal jadwal ngajar udah lumayan lengang..
Padahal nggak banyak ikut lomba nulis juga..
Padahal bisa baca lebih banyak buku lagi..

Aseli iriiii banget waktu Ziyy cerita kalau kenalannya ada yang punya targetan setahun menyelesaikan 1000 buku. Hontou ni??? Aku aja udah shock sendiri. Tapi Ziyy menambahkan kalau saat ini sudah menuntaskan 900 buku. Wews... Jadilah kegiatan itung-itungan dilakukan. Kalau dikalkulasikan, orang tersebut bisa menyelesaikan 5 buku dalam waktu sehari. Heh? Itu kan targetku selama sebulan.....

Jangan bicara nggak mungkinnya. Atau jenis bacaannya. Atau seberapa tipis bukunya (mungkin). Yaa, seperti yang sudah diulas di bookalova sebelumnya, buat apa banyak baca buku kalau nggak ada satupun yang terserap. Yayaya, kita memang tidak sedang membicarakan jumlah, kawanz! Aku sedang membahas bagaimana aktivitas baca itu menyatu dalam dirinya. Bagaimanapun, pastilah ada keuntungan yang seseorang dapatkan dari buku-buku yang dilahapnya itu. Inget, kan? Buku itu jendela dunia!

Dan berikut buku-buku yang kubaca di bulan Juni ini:

Tahta Mahameru - Azzura Dayana
Mulai baca sejak bulan Mei, dlam rangka ikut lomba resensi Republika online sebenernya, tapi apa daya, bukunya gak tuntas dibaca juga. Buku ini punya deskripsi tempat yang keren banget. Parameter sederhananya sih karena aku bisa larut dalm pendakian Faras dan kawan2 ke Semeru dan perjalanannya ke tempat2 lain. Dan bagaimana Mbak Yana menyisipkan pesan-pesan kebaikan di dalamya patut diacungi jempol.

Life Traveler - Windy Ariestanty
Banyak yang bilang buku ini bagus, makanya aku ingin membacanya juga. Etapi kok yaa aku tersendat-sendat bacanya? Aseli, lamaaa banget aku bisa menyelesaikan buku ini. Not bad sih, tapi entah kenapa nggak ingin cepat-cepat menyelesaikanya. Kadang, menyelesaikan buku-buku travelling itu emang tergantung mood sih.

Oya, aku sebenernya suka dengan sudut pandang Windy. Ia pandai menangkap sesuatu yang mungkin luput dari perhatian orang lain, lalu memetik hikmahnya. Satu hal yang amat disayangkan adalah pembahasannya tentang Thailand. Okelah, kita nggak bisa terlalu memisahkan diri dari realita kehidupan yang masih penuh kegelapan. Tapi kalau bisa terus berbagi hal-hal baik, kenapa harus menceritakan hal yang sebaliknya?

33 Fakta Seru Alam Semesta - Yu Gyeong Won & Yang Sun Mo
ulasannya ada di sini yah.. Boleh dibilang aku lebih suka serial keduanya yang tentang makhluk hidup *narsis biolog, heheu* Yang menarik adalah, penulis di buku pertama dan kedua itu empat orang yang berbeda. Kalo penulis cerita wajarlah yaa. Pembahasannya pasti kan terkait bidang ilmu masing-masing. Tapi soal ilustrator, kok bisa gambar yang sama dibuat dua orang yang berbeda? Keren! *Meski pewarnaannya lebh bagus di seri kedua sih..

Senior - Chi Ito
Hahay! Maksa banget deh masukin komik ke dalam bookalova kali ini. Dan di antara 5 komik Chie Ito yang kukoleksi di rumah, buku ini yang rangkingnya paling rendah. Ada 4 cerita dalam komik ini tapi nggak ada cerita yag benar-benar berkesan. Hanya, lagi-lagi aku suka dengan potongan2 puisi yang diselipkan sang mangaka dalam komiknya.

Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah - Tere Liye
Pertama kali baca langsung 3 bab terakhir. Haha.. Sebelumnya udah pernah baca sih. Tapi akhirnya baca ulang dari awal karena agak lupa dengan alur ceritanya. Ulasannya bisa dibaca di sini. Ayo ayo mampiiir.. Resensi untuk KADSAM ini adalah resensi terpanjang yang kubuat loh! Yaa begitulah kalo tuntutan lomba resensi. Plus minusnya udah di bahas di sana yaa
 
life traveler minjem sama ziyy ^^
Bulan Juli ini kayaknya aku mau fokus baca buku2 pinjeman deh. Kelamaan di rumah malah bikin nggak enak hati. Yang punya bukunya sih fine-fine aja. Tapi aku merasa setiap kali menengok buku2 itu di lemari, mereka seolah menyapaku, "Yong Jai.. Yong Jai..." *lah, itu mah Han Ji Eun yaa? wkwk..* Pokoknya pengen lebih semangat baca buku lagi. Yosh!


***
di balik 3 jendela,
1 Juli 2012 pk. 18.48 wib
Welcome, Juls..

Dear, Bu Ros





Dear Bu Ros,
terima kasih sudah mau membaca buku saya

Perpustakaan Biologi
21 Juni 2012

Mengintip Dari Balik Buku



Aseli, iseng banget deh!
Tapi mengintip orang-orang yang tampak serius membaca itu...

menyenangkan ^^a

Perpustakaan Pusat UI
16 Juni 2012

Mencari Posisi Ternyaman






Bahkan nggak sempat meletakkan tasnya.
Bikin penasaran, lagi baca apa sih??

Masjid UI, 16 Juni 2012

Cinta dalam Sepucuk Angpau Merah

Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah sejatinya bukanlah novel baru. Naskahnya pertama kali muncul pada bulan Juli 2010 melalui catatan di Facebook Tere Liye dan blog sang penulis. Naskah yang awalnya berjudul Kau, Aku & Kota Kita ini dibuat berseri dan diterbitkan hampir setiap hari. Kehadiran serialnya ditunggu ratusan pembaca setia penulis novel best-seller ini.

Tere Liye tak merasa takut jika ide novelnya dicuri atau justru dibajak. Iapun tak perlu khawatir novel “open source”-nya ini tak laku di pasaran. Ia memastikan bahwa novelnya nanti akan berbeda dengan versi aslinya, terutama di bagian ending. Dan benar saja, rasa penasaran justru membuat para pembacanya rela membeli KADSAM meski harganya relatif mahal.

Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah (KADSAM). Pasti ada alasan mengapa judul novelnya kemudian berganti dari Kota Kita menjadi Angpau Merah. Tentu bukan hanya karena jadwal terbit novel KADSAM yang berbarengan dengan perayaan Imlek. Bisa dibilang, dari angpau merahlah semua bermula. Adalah Borno, pengemudi sepit (perahu kayu bermotor tempel) di Sungai Kapuas, yang terpesona pada pandangan pertama oleh sosok gadis berperanakan Cina yang menempati kursi penumpang di hari perdana Borno mengemudikan sepitnya.

Menjadi pengemudi sepit adalah pilihan terakhir. Setelah gonta-ganti pekerjaan, Borno akhirnya memutuskan untuk menggeluti pekerjaan yang “diharamkan” ayahnya itu. Dibesarkan dengan baik oleh sang ibunda, membuat Borno tumbuh menjadi pemuda berhati paling lurus sepanjang tepian Kapuas. Ayahnya meninggal akibat sengatan ubur-ubur saat Borno berusia dua belas tahun. Maka, persoalan barang yang tertinggal di sepitnya, meski hanya sebuah amplop, menuntut Borno untuk mengembalikan barang tersebut ke pemiliknya.

Amplop berwarna merah itu diduga milik gadis Cina berparas sendu menawan itu. Hal inilah yang semakin membuat Borno bersemangat untuk mengembalikan amplop tersebut. Meski kemudian Borno mengetahui bahwa amplop merah itu tidak sepenting yang ia kira, hanya sepucuk angpau yang dibagikan ke setiap pengemudi sepit, tapi ia terlanjur tertawan oleh senyum manis sang gadis dan berharap akan perjumpaan berikutnya.

Setelah tujuh hari mengatur strategi agar sang gadis bisa naik sepitnya untuk menyeberangi Sungai Kapuas -dan gagal- toh akhirnya Borno mendapatkan waktu yang tepat juga: pukul 07.15, antrian sepit nomor tiga belas. Dan setiap pagi, selama lima belas menit, menjadi waktu yang amat berharga bagi Borno. Bahwa gadis itu kemudian menumpang sepitnya. Bahwa gadis itu ternyata seorang guru magang. Bahwa gadis itu bernama Mei.

Sayang, saat Borno mulai menumbuhkan rasa cinta di hatinya, saat harapan mulai benderang, Mei harus kembali ke kota asalnya, Surabaya.

“Ibu, usiaku dua puluh tahun, selama ini tidak ada yang mengajariku tentang perasaan-perasaan, tentang salah paham, tentang kecemasan, tentang bercakap dengan seseorang yang diam-diam kau kagumi. Tapi sore ini, meski dengan menyisakan banyak pertanyaan, aku tahu, ada momen penting dalam hidup kita ketika kau merasa ada sesuatu yang terjadi di hati. Sesuatu yang tidak pernah bisa dijelaskan. Sayangnya, sore ini juga menjadi sore perpisahanku, persis ketika perasaan itu mulai muncul kecambahnya.”
− Borno, hlm. 149

Betapapun Borno ingin melupakan Mei, sosok Si Sendu Menawan itu tetap tertambat di hatinya. Namun waktu seolah kembali memberi kesempatan pada Borno. Pertemuan kembali dengan Mei di Surabaya saat Borno mengantar Pak Tua terapi sekali lagi mendekatkan mereka berdua. Tak lama berselang, Mei pun kembali datang ke Pontianak. Dan hubungan yang maju mundur itupun akhirnya harus kembali diuji oleh kepergian Mei yang tiba-tiba.

Lantas, mengapa Mei memilih menjauh di saat hubungannya dengan Borno kian dekat? Siapa pula Sarah yang tiba-tiba menguak masa lalunya yang kelam? Akankah kisah cinta yang terjalin harus berakhir tanpa alasan yang jelas?

Sekali lagi Tere Liye menunjukkan kepiawaiannya dalam meramu kisah cinta yang sederhana menjadi luar biasa. Agaknya ia pun tak ingin mengangkat novel roman yang picisan. Mungkin akan terbersit tanya di hati pembaca, di zaman sekarang, masih adakah kisah cinta jadul a la Borno dan Mei? Dan seperti halnya dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, KADSAM tak melulu membahas kisah cinta antara dua insan. Ada pesan-pesan yang seperti biasa disampaikan Tere Liye dalam novel-novelnya.

KADSAM memang berbeda dengan novel roman kebanyakan. Dari KADSAM, pembaca belajar banyak hal tentang makna kehidupan. Terselip di antara obrolan yang santai dan terkadang jenaka, pembaca diajak untuk memahami tentang hidup sederhana namun tetap bersahaja, tentang rasa saling menolong di antara tetangga, tentang semangat untuk bangkit di tengah keterpurukan. Dan satu pelajaran yang utama, tentang bagaimana memaknai sebuah perasaan.

"Kau tahu, Borno. Perasaan adalah perasaan, meski secuil, walau setitik hitam di tengah lapangan putih luas, dia bisa membuat seluruh tubuh jadi sakit, kehilangan selera makan, kehilangan semangat. Hebat sekali benda bernama perasaan itu. Dia bisa membuat harimu berubah cerah dalam sekejap padahal dunia sedang mendung, dan di kejap berikutnya mengubah harimu jadi buram padahal dunia sedang terang benderang."
− Pak Tua, hlm. 132

"Kau tahu, Nak, perasaan itu tidak sesederhana satu tambah satu sama dengan dua. Bahkan ketika perasaan itu sudah jelas bagai bintang di langit, gemerlap indah tak terkira, tetap saja dia bukan rumus matematika. Perasaan adalah perasaan."
− Pak Tua, hlm. 355

Ya, tak lengkap rasanya jika hanya membahas kisah cinta Borno dan Mei. Bisa dibilang, tokoh Borno akan tampak biasa-biasa saja jika tak didukung oleh tokoh lain, seperti Pak Tua, Andi, Koh Acong, Cik Tulani, dan tentu saja Bang Togar. Kehidupan di tepian Sungai Kapuas bersama mereka semakin menghidupkan karakter Borno.

Deskripsi yang detilpun masih menjadi keunggulan dalam karya yang dibuat Tere Liye. Penulis seolah tak ingin membuat novel yang nanggung. Maka, lihatlah bagaimana pembaca seolah masuk ke dalam cerita yang mengalir, menjadi bagian dari novel ini: menumpang sepit Borneo, jalan-jalan ke Istana Kadariah, menyibak keramaian Kota Surabaya, ikut serta menjelajah tempat-tempat wisata mulai dari Tugu Pontianak hingga Kota Kuching di Malaysia.

Tak hanya detil dalam deskripsi tempat, karakter masing-masing tokohpun cukup konsisten dari awal hingga akhir cerita. Ada Borno yang lurus hatinya, Mei yang lemah lembut namun misterius, Pak Tua dengan segala petuah bijaknya, juga Andi yang ceria. Ah, bahkan ada sosok Pak Sihol yang sabunnya sering hanyut, yang meski hanya tampil beberapa kali namun kehadirannya tak dapat dilupakan begitu saja. Dan gambaran kehidupan di tepi Sungai Kapuas semakin kental oleh aksen Melayu yang digunakan dalam dialog di antara penghuninya.

Satu hal yang disayangkan dalam novel ini, yaitu penulis menghilangkan satu bab dalam serial Kau, Aku, & Kota Kita yang menceritakan masa lalu Pak Tua. Bab tersebut seharusnya tetap dimasukkan agar mampu menjadi benang merah yang menjawab tanya di hati pembaca tentang sosok bujang tua yang kesehariannya tampak sederhana tapi sesungguhnya memiliki pengalaman hidup hingga ke ujung dunia. Meskipun Pak Tua bukanlah tokoh utama dalam novel ini, tetapi tak bisa dipungkiri bahwa peran Pak Tua dalam kisah cinta Borno-Mei amat kental sekali.

“Dalam ceritaku ini, jangan pernah membantah Pak Tua. Untuk orang yang pernah mengelilingi separuh dunia, dia selalu benar.”
− Borno, hlm.  479

Bagi pembaca setia yang menginginkan gebrakan dalam setiap novel baru yang dibuat Tere Liye, mungkin akan sedikit menyimpan rasa kecewa dengan novel KADSAM. Meski membawa unsur lokalitas yang kental, tak ada yang benar-benar baru dalam penggarapan novel ini. Pembaca akan dihinggapi rasa bosan dengan pesan, karakter, dan gaya bertutur yang hampir tak jauh beda dengan karya Tere Liye lainnya.

Nilai tambah untuk KADSAM justru terlihat pada hampir tak ditemukannya kesalahan kata atau tanda baca dalam novel ini. Konsep open source nyatanya membuat para pembaca serial Kau, Aku & Kota Kita tak sungkan untuk mengoreksi kesalahan ketik sebelum naskah ini diserahkan ke penerbit. Para pembaca bahkan dilibatkan untuk memberi ide dan informasi yang berkaitan dengan KADSAM. Maka, tak heran jika di balik cover buku bersampul peach ini akan ditemukan testimoni dari beberapa orang yang mewakili para pembaca.

Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah nyatanya mampu membuat siapapun yang sedang jatuh cinta ingin mendapatkan atau bahkan menjadi sang bujang berhati paling lurus se-kotanya masing-masing. Selamat membaca! ^_^


 
Judul buku | Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah
Penulis | Tere Liye
Penerbit | Gramedia Pustaka Utama
Cetakan | I, Februari 2012
Tebal buku | 512 hlm.
ISBN | 978-979-22-7913-9



tulisan ini diikutsertakan dalam lomba resensi yang diadakan oleh
Gramedia Pustaka Utama dan Tere Liye

Samudra Buku

Saat pertama kali memasuki area istora senayan tempat berlangsungnya Pesta Buku Jakarta ini, aku sudah begitu tertarik dengan stan buku yang satu ini. Pasalnya, ratusan komik berjejer rapi di salah satu raknya. Tapi aku urungkan niat untuk mampir mengingat tujuan utamaku saat itu mengejar acara di panggung utama dulu.

Menjelang isya, aku baru mampir ke stan buku ini. Mengintip deretan judul komik serial cantik, nama2 pengarang yang tak asing lagi, sambil mengingat masa-masa remaja yang indah dulu #hahay. Dan, ketemu! Segera saja kuambil buku berjudul Senior karangan Chie Ito itu. Ya, faktor sang pengaranglah yang menarik minatku untuk membeli komik itu. Aku gak punya koleksi komik, tapi bisa dibilang, di rumah yang paling banyak itu komik2 karangannya Chie Ito ini.

Aku lalu berjalan ke rak-rak yang berjajar di sebelahnya. Ada majalah dan buku2 bekas yang memanggil2 untuk diintip juga. Dan setelah sepuluh menit melihat-lihat, lalu bersitatap dengan bapak penjual stan, akhirnya aku ingat bahwa stan ini adalah stan favoritku di PBJ tahun lalu. Saat memutuskan untuk ke PBJ, aku memang meniatkan mencari stan buku ini. Tahun lalu aku mendapat beberapa buku ensiklopedia yang murah meriah dan satu buku tentang Aquascape dengan harga miring pula.

Senang sekali melihat stan ini sekarang berdiri cukup strategis. Dulu, stan ini terletak cukup terpencil. Aku menduga tak banyak yang menyadari stan ini kecuali memang mengitari satu demi satu stan yang ada di PBJ. Tapi aku bisa memastikan, jika ada kesempatan kembali ke PBJ, siapa saja pasti akan menyempatkan diri untuk mampir lagi ke stan ini. Setidaknya, itulah yang kurasakan.

Aku lupa apa nama stan ini di tahun lalu. Yang jelas, nama stan ini sekarang telah berganti menjadi "Samudra Buku". Keren juga.


Butuh kesabaran untuk mengamati satu demi satu judul buku di stan ini. Jika beruntung, kita akan menemukan "harta karun" di antara kumpulan buku-buku bekas ini. Kemarin aku melihat seseorang mendapat buku Filosofi Kopi dengan harga Rp 10.000. Wah!

Oya, jangan harap setiap buku sudah diberi label harga. Kita harus menghadap bapak penjaga stan yang menjadi kasir untuk mengetahui harga buku yang kita inginkan. Kita juga bisa melakukan tawar menawar jika merasa harganya kurang cocok. Beberapa buku mungkin kondisinya sudah kurang bagus, ini bisa jadi poin untuk mengurangi nilai jual.

Aku hampir tak menemukan satupun buku yang klik di hati hingga kemudia kutemukan tumpukan ensiklopedi di dekat sang kasir. Hwaaa... mupeng! Maka, perburuanpun dimulai. Aku rela mengubek-ubek ensiklopedia yang ada, mencari judul yang cocok, juga kondisi buku yang lebih baik. Dan dapat!

Setiap ensiklopedi memiliki harga yang berbeda, tergantung penerbitnya. Ada ensiklopedi yang kubeli seharga Rp 20.000/buah. Ada juga yang harganya Rp 10.000 dan Rp 25.000. Apakah terlalu mahal? Bagiku tidak. Meski sempat melakukan penawaran untuk menurunkan harganya, tapi sejak awal aku sudah sepakat dengan harga itu. Kok kayaknya aku tega banget yaa menghargai buku sebagus itu dengan harga miring? Lagipula, bapak itu meyakinkan aku kalau biasanya ia menjual dengan harga Rp 45.000 *setelah kucek di internet, rata2 tobuk online juga menjual buku bekas itu seharga Rp 65.000.


Rasanya ingin membeli semua ensiklopedi yang ada. Tapi aku sadar diri, nggak punya budget untuk beli ensiklopedi itu. Beli 4 ensiklopedi juga udah jauh banget dari rencana. Bisa dibilang aku menyebut kegiatan belanja buku kali ini sebagai keinginan, bukan kebutuhan. Berhubung buku yang kucari nggak ketemu, akhirnya malah kepincut dengan buku2 di stan ini. Maka, aku hanya bisa kasih tampang mupeng ke seorang bapak yang membeli 2 paket ensiklopedi sekaligus (1 paket isinya 18 judul, hwaaaa...)

note: asyiknya belanja buku di hari pertama bukfer adalah masih banyak buku2 yang bisa dipilih. Hari terakhir mungkin menjanjikan diskon besar, tapi belum tentu semua koleksi bukunya lengkap.

Oya, ternyata Samudra Buku membeli dua stan di PBJ kali ini. Di sisi kanan stan, ada rak buku2 jadul dengan kertasnya yang sudah menguning. Ada juga sebuah etalase berisi buku/teks jadul yang bernilai tinggi. Semakin jadul, semakin mahal jadinya.


Jika ingin mengunjungi stan ini di luar bukfer, bisa datang ke Pasar Festival Kuningan, Bekasi Square atau Bekasi Trade Center.

-o-

[24 Juni 2012 pk. 07.50 wib]

Senior

Cintaku kepadanya, sampai di sini saja...
Tlah kuputuskan, untuk menarik garis kasih...
Ingin rasanya melewati semua ini...
Tapi tak bisa...
Meski tak bisa melewatinya...
Aku ingin tetap melewatinya....
Begitu terus, Kak...


Yang paling aku suka dari komik karya Chie Ito adalah adanya poem sederhana di dalamnya.
Love it!

Poem di atas diambil dari komik Senior

Barter Buku

Sebuah buku dari seorang pembimbing di LIPI
"Semoga menjadi penulis yang baik!"

Senang sekali bisa barter buku dengan Bapak. ^_^

LIPI, 21 Juni 2012

Focus!


Detective Conan yang tak boleh terlewatkan!

@angkot 04
31 Mei 2012

33 Fakta Seru Alam Semesta

Apakah benar bumi itu bulat? Mengapa laut terasa asin? Bagaimana proses terbentuknya gua, pantai, dan gurun? Dan, apa yang disebut dengan bintang jatuh?

Pertanyaan-pertanyaan itu mungkin pernah terlintas dalam kehidupan kita. Ketika di sekolah, pastilah fenomena alam tersebut pernah disinggung pula dalam pelajaran IPA, khususnya Fisika. Tapi apakah kita masih mengingatnya bahkan memahaminya dengan baik? Jika belum, buku 33 Fakta Seru Alam Semesta ini bisa memberikan jawabannya dengan sederhana dan menarik.

33 Fakta Seru Alam Semesta merupakan serial perdana dari komik petualangan sains yang diterbitkan Kaifa Publishing. Tak dapat dipungkiri bahwa kehadiran komik sains yang full colour ini menjadi alternatif bacaan bagi siapa saja yang ingin menambah ilmu pengetahuan. Bahasa yang mudah dipahami, cerita dengan alur yang menarik, serta gambar yang menunjang menjadi keunggulan buku ini. Sambutan yang baik mungkin juga menjadi alasan munculnya serial kedua yang berjudul 33 Fakta Seru Makhluk Hidup dua bulan setelahnya.

Cerita bermula dengan penemuan berupa antena yang dapat menghubungkan bumi dengan luar angkasa oleh Eti, seorang ilmuwan yang meneliti berbagai fenomena alam semesta. Dao tertarik mencobanya. Iapun mengirimkan pesan ke luar angkasa, “Haloo.. Aku Dao, si genius dari Bumi. Aku tahu apapun tentang Planet Bumi, jadi datanglah setiap waktu..”

Tak disangka, ternyata pesan itu benar-benar tersampaikan. Alphi, seorang makhluk luar angkasa dari Planet Chireuchireu datang berkunjung ke kediaman Dao & Baeci. Alphi sengaja datang karena butuh bantuan menyelesaikan PR-nya tentang Planet Bumi. Dao yang sebenarnya tidak tahu apa-apa tentang planet yang ia huni akhirnya menyerahkan semua pertanyaan Alphi pada Baeci.

Bersama Eti, Baeci kemudian menjawab satu persatu pertanyaan yang diajukan Alphi. Mulai dari apa saja yang ada dalam perut bumi hingga fakta-fakta seru yang ada di atmosfer. Semua dijelaskan secara bergantian (atau seringkali secara rebutan) oleh Eti dan Baeci. Dan rasa haus akan ilmu membuat Alphi bertanya lebih banyak lagi, bahkan ketika PR tentang bumi telah ia selesaikan. Dari bumi hingga tata surya. Itulah kemudian yang harus dijelaskan Eti dan Baeci untuk memuaskan rasa ingin tahu Alphi.

Tak harus terburu-buru dalam menyelesaikan buku 33 Fakta Seru Alam Semesta. Buku ini dapat dibaca dengan santai kapan saja. Setiap bab yang dibuat tak lebih dari 8 halaman, seolah memberikan jeda sejenak bagi pembaca yang tak sabar ingin menuntaskan membaca buku ini dalam sekali duduk.

Namun, seperti ulasan yang disampaikan di serial 33 Fakta Seru sebelumnya, mengingat buku ini menggunakan kertas art paper (bahan kertas yang biasa dipakai untuk majalah), buku ini jadi terasa agak berat sehingga kurang nyaman dipegang dalam waktu yang lama. Mungkin karena faktor kertas dan warna itu pula hingga harga buku ini menjadi relatif mahal. Selain itu, karena buku ini awalnya diterbitkan di Korea, maka beberapa contoh terasa kurang dekat dengan kehidupan sehari-hari kita, salah satunya tentang iklim.



Judul
| 33 Fakta Seru Alam Semesta
Judul Asli | Easy Earth Science 33
Penulis | Yu Gyeong Won & Yang Sun Mo
Penerbit | Kaifa
Tahun Terbit | Januari 2012
Tebal | 235 hlm

hadiah Mizan (lagi)

book-a-lova | 05

Barusan dapet nasehat:
Nggak usah mentarget banyak buku, namun resapi setiap ilmu yang kau baca dalam setiap buku. Tak berfaedah menyelesaikan banyak judul namun tak mengambil manfaat dari isinya. Untuk si penulis ada pepatah "Jadilah kitab, meski tanpa judul. Jangan jadi judul tanpa kitab.". Untuk pembaca pun "Baca faedah kitab, bukan mengumpulkan judul."

Paragraf pembuka di atas merupakan SMS yang dikirm Mba Fajar beberapa waktu lalu. Sengaja kubuat jadi prolog bookalova kali ini tujuannya untuk mengingatkan diriku juga sih. Udah lama nggak menembus angka yang cukup tinggi dalam capaian target buku yang dibaca selama sebulan. Alhamdulillah bulan Mei ini bisa menghabiskan 8 buku. Tapi kalau ditilik lagi, apa yang sudah kudapatkan dari buku2 yang kubaca selama ini?

Seperti halnya peta hidup yang akan membawa kita ke "jalur yang benar", maka bagiku, adanya targetan buku selama setahun, yang kemudian dipecah jadi targetan buku perbulannya, menjadi satu pemicu sendiri untuk tetap "rajin" membaca. Jadi, jangan heran kalau aku merasa begitu senang waktu Goodreads, terkait reading challenge-ku, sempat bilang "Awesome, you are 6 books ahead!"

Di rumah ada banyak buku yang menanti untuk dibaca. Mulai dari buku pinjeman, buku sendiri, maupun buku hadiah dari ikut2 lomba. Belum habis buku2 itu dibaca, aku juga beli novel2 lainnya. Begitulah, aku emang masih tergolong pelit dalam hal beli buku, tapi hampir selalu gak bisa menahan godaan buku diskon murmer. hehew..

Beberapa buku aku prioritaskan untuk dibaca lebih dulu atas dasar ngejar target resensi dan untuk mempelajari karya orang lain. Aku kan pengen bikin novel romance ceritanya, maka aku perlu tambahan referensi bacaan buku2 ber-genre yang sama. Waktu kunjungan ke Bukune bareng teman2 di grup nulis, sang editor merekomendasikan bukunya Winna Effendi untuk dibaca. Alhamdulillah muridku punya bukunya, jadi aku pinjam saja. Hoho..

Berikut buku2 di bulan Mei:
  1. Puisi Adalah Hidupku - Dhee Shinzy dkk.: lebih tepat memasukkan buku ini di bulan April sih, karena tinggal beberapa halaman aja yang belum dibaca. Isinya puisi2 galau (termasuk puisiku dong? haha). Kebanyakan curcolan penulisnya, tapi hanya beberapa puisi aja yang menurutku bagus (semakin gak kumengerti bahasanya, semakin bagus :P). Tapi buat anak-anak yang baru bikin puisi, antologi ini bolehlah diapresiasi ^^
  2. Be a Writer, Be a Celebrity - Andrei Aksana: Numpang baca di basement gramed depok. Seingetku aku ngasih bintang 4 deh, karena meski buku ini amat tipis, secara isi sangat padat. Dan yang aku suka, meski judulnya menawarkan sang penulis untuk jadi selebrity, fokus si Andrei untuk bahasan itu cuma sediit kok. Banyakan bahas tentang cara menulis sebuah buku (khususnya novel). Etapi pas cek di GR, banyak yang kasih bintang 2-3. Akhirnya aku tahu kalau buku itu ternyata seharga Rp 50.000 saat dijual pertama kalinya. Wews.. Mungkin karena pake art paper dan full colour. Andrei sendiri bilang kalo pembuatan buku ini karena sebuah tantangan. Maklumlah yaa, biasanya kan dia bikin novel2 romantis. Yaph, ternyata emang gak semua penulis bisa melahap banyak genre.
  3. Tentang Cinta - Naura Laily: novel oleh2 dari Bukune nih. Covernya bagus, judulnya juga simpel tapi powerfull, tapi secara isi, hmm.. biasa banget. Tapi katanya buku ini lumayan laris loh.. Mungkin karena bahasanya yang mengalir kali yaa..
  4. Kangen - Asmanadia & Birulaut: beli dari anak MP waktu ada lelang amal di lapaknya Mba Shant. Dan masih suka dengan cerpen2 mereka berdua. Mungkin terkesan tema2nya ringan banget, tentang kehidupan sehari2 pasutri dan problematikanya lah. Tapi cara mereka meramu cerpen itu yang terasa beda. Dari pembukanya aja udah bikin pengen nerusin sampai habis cerpen itu. Oya, di kumcer ini ada lanjutan cerpen milik mba asma yang ada di kumcer seri pernikahan sebelumnya: aku ingin menjadi istrimu. Menarik!
  5. Refrain - Winna Efendi: temanya masih agak2 klise, tentang sahabat yang saling suka. Novel ini tergolong teenlit yang membahas kehidupan sekolah dan persahabatan. Yang cenderung basi adalah bahwa yang populer itu anak2 basket dan cheers. Jaman sekarang masih gak sih kayak gitu? Kayaknya ekskul juga udah beraneka deh. Di novel ini Winna bikin banyak kejutan. Tulisannya juga mengalir.
  6. 33 Fakta Seru Makhluk Hidup - Ye Young & Shin Jae Hwan: komik full colour ini cukup membantuku menemukan hal2 unik yang bisa dijadikan pemicu sebelum masuk ke materi pembelajaran. Membuat pelajaran biologi terasa menyenangkan *karena memang sebenernya menyenangkan kok, heheu. Buat yang bosen dengan tampilan buku dengan narasinya yang panjang, buku ini bisa jadi bacaan yang bagus sekaligus teman belajar yang asyik. Tapi harganya lumayan mahal yeee. Untung buku ini dihadiahkan mizan :P
  7. Jadi Penulis? Siapa Takut! -Alif Dansa Munsyi: alias Remy Silado. Konon, dia punya banyak nama pena sesuai dengan genrenya. Alif ini khusus untuk karya nonfiksi sastranya. Bukunya punya gaya bertutur yang unik, perpoin gitu. Mengupas tuntas berbagai macam karya mulai dari puisi sampai skenario drama. Bahasanya unik, aneh, dan agak berat. Tapi membuka cakrawala berpikir. Di buku ini aku belajar, bahwa EYD tidak melulu dipaksakan dalam sebuah karya.
  8. Ai - Winna Efendi: novelnya bersetting Jepang tapi kalo kubaca yaa nggak Jepang2 banget. Hehe.. Yang aku pelajari dari novel Winna ini adalah karakter tokohnya yang konsisten dari awal sampai akhir. Di novel ini Winna juga cukup banyak mengeksplorasi perasaan yang bikin pembacanya hanyut.

Harusnya bulan ini juga bisa memasukkan novel Tahta Mahameru, sayangnya bacaannya belum beranjak dari halaman 264. Gagal deh ikut lomba resensi Republika. Oya, lomba Arti Buku Buatku juga gak sempat diikuti. Semalam tuh benar-benar tepar dan memutuskan untuk gak mau memaksakan tubuhku *mumpung lagi jadi manusia normal neh* Hwaa, padahal mau cuap-cuap tentang aku dan buku, hoho.. Kapan-kapan aja deh ceritanya kalo gitu.

***
Ruang Tamu,
1 Juni 2012 pk. 08.50 wib
Yuk, simak agenda buku bulan ini:
3 Juni: Tips n Trick Internet Marketing di Kantor Gema Insani Press (pk. 08.30-12.00)
10 Juni: Bedah Buku Catatan Hati di Setiap Doaku di Gramed Matraman (pk. 16.00-18.00)
17 Juni: Kopdar GRI di Kebun Raya Bogor
26-1 Juli: Pesta Buku Jakarta di Istora Senayan

Ini Gaya Gue!



Udah penuh, tuh, Pak! ^^v

Pasar Minggu
1 Mei 2012

Terus Membaca Hingga Menua


Teruslah membaca, Pak
Teruslah membaca hingga kau menua

Bank BTPN,
1 Mei 2012

Kunjungan ke Penerbit Bukune

Sharing dengan Mba Iwied, editor Bukune yang ramah ^^

Mba Aniek - Mba Elita - Mba Eni - Mba Iwied

dapet oleh-oleh buku ^^


Saya dan teman-teman di komunitas Be a Writer


Kantor Penerbit Bukune,
9 Mei 2012

Annida Versi Cetak


Bisa memegang kembali Annida versi cetak itu rasanya sesuatu banged! ^^b

Cattleya 108,
5 Mei 2012


Jadi Penulis? Siapa Takut!

Pertanyaan itu seringkali muncul seiring dengan karya yang ditelurkan seorang penulis. Banyak orang merasa menulis itu bukan pekerjaan yang mudah. Yang lain menganggap bahwa menulis merupakan bakat yang tidak semua orang bisa memilikinya. Maka, bermunculanlah buku berisi tips-tips seputar menulis dan menjadi penulis, yang ditulis oleh berbagai macam kalangan, mulai dari editor sampai penulis best-seller.

Alif Danya Munsyi, atau yang lebih dikenal dengan nama pena Remy Sylado, salah satunya. Buku bertajuk "Jadi Penulis? Siapa Takut!" ini sesungguhnya bukan karya perdananya yang fokus pada tips seputar dunia menulis. Atau buku ini melengkapi karya yang sebelumnya? Entahlah.

Ada banyak buku dengan tema serupa yang beredar di pasaran. Beda penulis, beda pula ulasannya. Ada yang membahas garis besarnya saja: intinya yaa nulis, nulis, nulis! Ada pula yang menjelaskan secara runut sampai ke persoalan tata bahasanya. Dan bolehlah jika saya menganggap buku karya Alif Danya Munsyi ini sebagai panduan menulis tingkat advance. Apalagi mengingat bab awalnya yang membuat kening saya berkerut.

Tak ada lagi pembahasan tentang penggunaan titik atau koma. Tak disuguhkan pula motivasi-motivasi pembangkit semangat menulis. Buku ini ditujukan untuk siapa saja yang sejak awal sudah BERANI menerima tantangan untuk menjadi penulis. Maka, jangan dulu menyerah hanya karena bahasanya yang tampak berat -di awal- atau caranya memenggal setiap paragraf menjadi poin-poin angka. Justru, di sanalah kau temukan sisi menariknya.

Jika sebagian penulis menganggap "menulis" menjadi tips pertama untuk menciptakan sebuah karya, maka buku ini lebih memprioritaskan membaca sebagai langkah awal yang harus diambil seorang penulis. Dari aktivitas membaca, kita menjadi tahu. Dengan membaca, kita bisa belajar. Dan setelah membaca, kita dapat menentukan gaya bahasa yang tepat untuk karya tulis kita nantinya. Empat bab awal buku tersebutlah yang akan mengantarkan kita untuk memaknai banyak hal: tentang kaidah bahasa baku, licentia poetica, hingga sejarah di balik kata-kata yang kita kenal selama ini.

Maka, bab-bab setelahnya adalah penjabaran yang lebh rinci mengenai karya tulis yang hendak dibuat. Mau menulis puisi, cerpen, novel, bahkan menulis berita sekalipun, semua diulas dalam bab tersendiri. Dan yang menarik adalah potongan-potongan karya penulis dan peraih nobel kesusastraan yang digunakan sebagai contoh agar pembaca dapat memahami apa yang disampaikan penulis.

Buku setebal 270 halaman ini memang tak bisa dibaca sekali duduk. Nikmati saja poin demi poin yang disampaikan. Perlahan-lahan, lalu praktekkan.

 
Judul | Jadi Penulis? Siapa Takut!
Penulis | Alif Danya Munsyi
Penerbit | Kaifa
Tahun Terbit | Maret 2012
Tebal | 270 hlm.

masih dari hadiah mizan

Ai

 
Aku mencintai Ai. Tidak tahu sejak kapan --mungkin sejak kali pertama dia menggenggam tanganku-- aku tidak tahu mengapa, dan aku tidak tahu bagaimana. Aku hanya mencintainya, dengan caraku sendiri. Sekarang, semuanya sudah terlambat. Tidak. Semuanya sudah terlambat jauh sebelum hari ini --mungkin sejak festival musim panas itu, atau mungkin sejak kedatangan Shin. Dia telah memilih, sadar maupun tidak, dan orang itu bukanlah aku." -Sei, hal. 117

Begitulah. Sei dan Ai lahir dan tumbuh bersama di sebuah desa kecil di Jepang. Mereka bersahabat. Mereka saling membutuhkan. Mereka saling mencintai -dalam diam. Hingga Shin datang ke dalam masa remaja mereka. Shin yang baru dikenal Ai, namun begitu cepat memahaminya, telah memberi warna baru bagi kehidupan Ai. Dan Sei hanya bisa menyimpan kesedihannya saat Shin melamar Ai di atas Tokyo Tower. Saat itu Sei sadar, harusnya ia bahagia.

Novel ini menyajikan alur yang cepat. Pembaca akan disuguhkan dengan potongan-potongan cerita yang terjalin dari bab ke bab: masa kecil Sei dan Ai, pertemuan dengan Shin, perpisahan sekolah, kuliah di Todai, Natsu dan pernyataan cintanya, hingga episode patah hati Sei. -aku lantas teringat pada komik You're There karya Chie Ito, bukan hanya alurnya, tapi karena tokoh prianya juga bernama Sei.- Belum sempat menyelami cerita yang satu, pembaca diajak menelusuri cerita berikutnya. Beruntung Winna memberikan deskripsi perasaan yang baik hingga setiap cerita bisa terlewati dengan cukup manis.

Berlatar tempat di Jepang sepertinya menjadi satu daya tarik sendiri bagi novel ini. Meski penggambarannya terlalu umum, tapi pembaca bisa memperoleh info tentang beberapa kata dalam bahasa Jepang, kebudayaan, serta beberapa lokasi di Jepang. Tapi sejujurnya, temanya klise, bahkan bisa dibilang agak mirip dengan Senja Bersama Rosie. Tentang hadirnya cinta yang hadir dalam persahabatan sepasang teman masa kecil. Hanya, ending novel Ai masih lebih baik dibanding dengan SBR *teteup sensi sama ending SBR

Yang paling menarik adalah sudut pandang yang digunakan dalam novel ini. Ai terbagi ke dalam dua bagian, bagian pertama menggunakan sudut pandang Sei, bagian kedua mengambil sudut pandang Ai. Tapi bukan berarti ada dua sudut pandang dalam satu peristiwa. Bagian kedua merupakan lanjutan dari bagian pertama, hanya di bagian kedua diceritakan oleh Ai. Di bagian kedua inilah aku baru menemukan konflik dan kejutan yang menarik. Huff,, lama juga yaah!

Maka, buat yang nggak sabaran, bolehlah mengikuti gaya membacaku untuk novel ini: baca beberapa bab di awal, lalu berlanjut ke bab-bab akhir. Dan seperti teenlit pada umumnya, kau akan menutup cerita ini dengan happy ending.

Judul | Ai
Penulis | Winna Efendi
Penerbit | Gagas Media
Tahun Terbit | 2009
Tebal | 288 hlm.

buku ini kupinjam dari muridku, xixi

book-a-lova | 04

Sibuk. Banyak orang menggunakan alasan itu untuk membenarkan kegiatan membacanya yang jarang dilakukan. Mungkin hanya satu dua buku yang bisa dibaca hingga tuntas. Atau jangan-jangan tak satupun buku yang bisa diselesaikan. Hei, apa kau tersindir? Hoho. Santai, Kawan! Aku pun merasakan bagaimana alasan itu menjadi begitu logis untuk dikemukakan. Bulan ini, tepatnya di awal bulan memang cukup hectic buatku. UN SMP dan SMA nyatanya sedikit membuat aktivitas bacaku teralihkan ke materi2 yang harus diulas kembali, terutama pelajaran Fisika ^^a.

Bersyukur aku mempunyai akun Goodreads dan menantang diri untuk setidaknya membaca minimal lima buku dalam sebulan agar target 52 buku yang kucantumkan dalam Reading Challenge 2012 dapat tercapai. Maka, ketika muncul laporan "You're 2 books behind" rasanya aku terpacu untuk mengejar ketertinggalan itu. Alhamdulillah sekarang I'm on the track! Yaiy! \^o^/
Berikut buku-buku yang dituntaskan di bulan April:

 
 
Melukis Pelangi - Oki Setiana Dewi
Terlepas dari endorsment dan pengantar yang terlalu banyak, juga foto OSD sewaktu kecil yang terselip di antara foto-foto lainnya, ternyata buku ini bagus juga. Catatan perjalanan hidup OSD patut diambil hikmahnya. Ada tema2 yang sebenarnya sudah sering dibahas juga di buku lain, tentang jilbab, misalnya. Tapi OSD mampu mengulasnya dengan baik. Hingga timbul pandangan baru yang tak terpikirkan sebelumnya. Hmm, tak sabar untuk meminjamkan buku ini ke tetanggaku.

Te-We (Travel Writer) - Gol a Gong
Buku ini tipis. Mungkin sekali duduk juga bisa selesai. Tapi sepertinya lebih menyenangkan jika membacanya pelan-pelan. Inti bukunya sih tentang bagaimana seseorang harus rajin berpetualang dan menulis jika ingin menjadi travel writer. Tapi bahasan yang runut serta ulasan yang santai membuat buku ini jadi asyik dibaca.

Madre - Dee
Aku selalu suka dengan penulis yang membawa tema unik dalam setiap cerpen yang dibuatnya. Dee salah satunya. Meski tak terlalu menggebu-gebu untuk menamatkan buku ini, tapi aku masih menikmati cerpen dan prosa di dalamnya. Membuatku larut. Kadang, aku menangkap kesan religius dalam karya yang dibuat Dee. Tapi kadang kesan itu sirna juga oleh sebab alur cerita yang "tak kumengerti". Kok bisa? ^^v

Dan Aku pun Berjilbab - Dian Onasis dkk.
Tentu saja, isi buku ini tentang perjalanan para penulis dalam menggapai hidayah untuk memakai jilbab. Tapi toh aku tak ingin melewatkan satu cerita di dalamnya. Buku ini cukup berwarna karena latar belakang penulis yang berbeda-beda. Tapi kemudian aku menyadari satu hal ketika buku ini kupinjamkan ke tetanggaku yang belum berjilbab: Segmentasi pembaca itu penting. Siapa sebenarnya sasaran buku ini? Beberapa cerita yang cenderung keras justru membuat tetanggaku itu urung menuntaskan buku ini. Doakan saja yaa moga ia bisa segera menunaikan kewajibannya sebagai muslimah ^^b

Bukavu - Helvy Tiana Rosa
Membacanya sejak November tahun lalu tapi kemudian terhenti karena buku itu hilang. Dan ternyata aku menemukannya terselip di balik lemari saat sedang beberes kamar. Alhamdulillah yah ^_~. Maka, selesai sudah hari ini aku membaca kumcer itu. Aaargh! Kapan yaa bisa membuat cerpen sebernyawa itu? Meski bahasa dan temanya tergolong berat buatku, tapi aku bisa merasakan kengerian, duka, luka, dan arti perjuangan dalam buku itu. Mantap lah!


Ya sudah, begitu saja.
Lain kali aku nggak boleh pake alasan sibuk lagi. Aseli, nggak keren banget! Kalau memang membaca itu sudah menjadi kebutuhan sehari-hari, pasti akan ada waktu yang diluangkan untuk membacanya. Meski selembar atau dua lembar sehari. Pun dengan al Quran. #IngatkanDiri


***
Di balik 3 jendela,
30 April 2012 pk. 23.44 wib
Mei, aku datang!

Kesepian Adalah


Kesepian adalah
Duduk di dalam commuter line yang kosong tanpa bahan bacaan

Dan kesepian tentu tak bersama perempuan itu

@CL, 29 April 2012

Memandangmu







Membaca dengan jarang pandang sejauh itu..

Sepertinya matanya masih bagus.

Oya, gadis ini sedang membaca buku Indonesia Mengajar

@Stasiun Tj. Barat
28 April 2012

Membaca Koran Sore






Bapak ini tampak nyaman membaca koran sore.
Tak bergeming dengan suasana stasiun yang ramai orang lalu-lalang.

@StasiunTanah Abang
27 April 2012

Talk Show vs Buku



Talk Show vs Buku
Terlihat jelas kan siapa pemenangnya? ^^

@Perpus Pusat UI
27 April 2012

ReaDrinking Everywhere

Tak ada yang bisa mengalihkan perhatiannya dari kegiatan membaca




kecuali kopi



@Es Teler 77 PenVil
12 April 2012