Saya masih ingat, pertengahan tahun 2010 lalu, buku berjudul "Ini Wajah Cintaku, Honey" menemani perjalanan saya menuju Baluran, Jawa Timur. Buku fiksi karya Tasaro GK yang pertama kali saya baca itu saya pinjam dari seorang kawan. Bahasanya yang mengalir dan interaktif membuat saya dengan mudah menyelesaikan buku tersebut sebelum kereta sampai di tujuan. Hingga kemudian, cerita tentang oseng-oseng daun pepaya menjadi cerita favorit saya.
Ah, beruntungnya saya ketika mengetahui bahwa kisah yang tertuang dalam buku Ini Wajah Cintaku, Honey dapat saya baca kembali lewat hadirnya buku Sewindu.
Awalnya saya menduga bahwa Sewindu merupakan kumpulan catatan harian pernikahan Tasaro dengan sang istri. Mungkin karena bagian pertama dalam buku ini lebih banyak bercerita tentang bagaimana mereka menjalani awal-awal pernikahan yang penuh warna-warni. Mulai dari kehidupan di Pondok Mertua Indah, perdebatan menu makanan, hingga pada peristiwa-peristiwa sederhana yang menjadi penuh kesan seperti saat Tasaro begitu terenyuh ketika mendapati sang istri menyetrika pakaiannya (Hei, bahkan saya terkesima sewaktu membaca kisah tentang bangganya ia saat namanya tertera dalam tagihan listrik ^^a)
Inilah yang bagi saya memberikan nuansa beda dibanding kisah-kisah pernikahan lainnya yang pernah saya baca. Semacam diary pernikahan rasa lelaki! Hehe... Gaya bercerita Tasaro yang renyahpun membuat buku ini menjadi semakin asyik untuk dibaca.
![]() |
cover buku Ini Wajah Cintaku, Honey |
Delapan tahun ini, sebagaimana waktu mengubah dunia, saya kira, banyak pula pergeseran pemikiran dan orientasi hidup yang menyertai kami. Jika dulu, saat rumah tangga muda habis waktu untuk memikirkan bagaimana kami makan, memiliki tempat tinggal, atau berpakaian layak, kini ada kebutuhan lain yang lebih fundamental, di posisi mana kami berada di tengah-tengah masyarakat? Peran apa yang harus kami ambil? - hlm. 166
Kutipan di atas seolah menjadi pembuka kekeliruan saya akan buku ini. Ya, Sewindu memang tak melulu bicara soal kehidupan pernikahan Tasaro dengan Sang Istri. Pembaca akan diajak melihat kehidupan Tasaro yang lebih luas lagi. Kehidupan yang penuh akan cinta dari keluarga, sahabat, serta masyarakat di lingkungan sekitarnya. Bukan sekadar autobiografi, tapi juga tentang pelajaran hidup yang terpetik dari apa yang telah ia jalani.
Ada peran sebagai seorang suami yang mendampingi di masa senang maupun sulit. Sebagai ayah yang akan selalu mengawasi anaknya bertumbuh. Menjadi anak, menantu, tetangga, sahabat. Bahkan sebagai seorang diri yang akan terus berkarya dan bermanfaat bagi siapa saja.
Begitu banyak inspirasi yang dapat diserap dari buku ini. Hanya, saya pikir harga buku senilai Rp 82.000 ini terbilang relatif mahal. Saya sempat mengira-ngira, apakah yang membuat buku ini menjadi begitu mahal? Ternyata jawabannya ada pada ilustrasi berwarna yang diselipkan dalam beberapa halaman dalam buku ini. Okelah, cukup bisa mengurangi kebosanan akan warna huruf yang monoton. Tapi sebenarnya bagi saya tidak ada yang terlalu spesial dari ilsutrasi itu. Jadi, kalaupun dihilangkan, nggak masalah juga sih^^v
![]() |
mahal sih, tapi nggak rugi lah kalo beli buku ini! ^^b |
Sewindu, delapan tahun, adalah waktu yang bisa jadi lama atau sebentar. Tapi, bagi saya, itu rentang waktu yang cukup untuk menimbang cinta. Mengalami banyak hal bersama Mimi, menyikapi setiap permasalahan, mencari solusi, dan menjalani paket kehidupan yang berbagai-bagai warna dan rasa, memunculkan sebuah konklusi: cinta itu tentang waktu.
-Tasaro GK
Membaca Sewindu, boleh jadi akan membawa pembaca pada satu waktu untuk merenungi tahun demi tahun yang ia jalani bersama pasangannya. Berkaca kembali, sudah sejauh manakah peran diri di dalam keluarga dan lingkungan membawa kebermanfaatan. Pun bila belum memiliki pasangan, buku ini tetap layak dibaca karena akan memunculkan gambaran pernikahan visioner. Yang setiap waktunya dipenuhi cinta.
Selamat membaca!
Judul | Sewindu
Penulis | Tasaro GK
Penerbit | Metagraf - creative imprint of Tiga Serangkai
Tahun Terbit | Maret 2013
Tebal |382 hlm
ISBN | 978-602-9212-78-5
"Di mana lagi aku temui pendamping hidup semacammu?"
***
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Resensi Sewindu karya Tasaro GK
yang diselenggarakan oleh Penerbit Tiga Serangkai
info lomba lihat di sini