Sunday, September 29, 2013

Rainbow: Akan (kah) Selalu Ada Kesempatan Kedua (?)

Agaknya semua sepakat bahwa kehidupan pernikahan tak melulu diwarnai peristiwa yang romantis dan manis. Boleh jadi pernikahan baru benar-benar teruji ketika bahtera rumah tangga diguncang badai. Lantas bagaimana jika ujian itu justru datang di saat pernikahan baru seumur jagung?

Adalah Akna dan Keisha, pasangan suami istri yang harus menerima pil pahit bahwa ujian pernikahan hadir di hari anniversary satu tahun pernikahan mereka. Sebuah kecelakaan fatal menyebabkan kaki kanan Akna harus diamputasi. Akna harus menerima kenyataan bahwa fisiknya tak lagi sempurna seperti dulu. Pun dengan Keisha. Tak terpikirkan sebelumnya bahwa kelak, lelaki yang ia nikahi harus kehilangan sebelah kakinya.

Keisha berusaha tegar menghadapi cobaan yang dihadapinya. Kehadiran keluarga dan sahabatpun menjadi kekuatan tersendiri baginya. Ini adalah takdir yang harus dia hadapi. Cintanya pada Akna membuatnya belajar menerima bukan hanya kelebihan, tetapi juga kekurangan pasangan hidupnya itu.

Tapi tidak dengan Akna. Bagi Akna, kini ia hanyalah seorang suami yang cacat fisiknya.

Lepas dari menjalani perawatan di rumah sakit, keadaan justru kian memburuk. Kembali ke rumah nyatanya tak membuat pernikahan mereka kembali normal seperti sebelum kecelakaan itu terjadi. Sosok Akna tak lagi seperti guardian angel dengan perangainya yang lembut dan baik hati bagi Keisha. Akna bak monster berhati dingin, keras kepala, dan tak tersentuh.

Tentu saja wajar ketika Akna kemudian menjadi begitu marah, frustasi, dan terluka pasca kecelakaan tersebut. Yang terenggut darinya bukan hanya kaki kanan, tetapi juga karir yang gemilang. Akna sadar bahwa ia bukanlah lagi sosok suami yang sempurna. Tapi Akna benci dikasihani, bahkan oleh istrinya sendiri. Luka yang tak tersampaikanpun membuatnya perlahan-lahan kehilangan kebahagiaan pernikahannya.

Akna menjaga jarak dengan Keisha. Ia lebih sering menyendiri. Iapun tak mengizinkan sang istri tidur sekamar dengannya. Seberapapun perhatian yang diberikan Keisha tak membuat hati Akna menjadi luluh. Baik keluarga Keisha maupun Akna tak mengetahui seberapa jauh Akna berubah. Hanya Yanti, pembantu mereka, yang tahu bagaimana Akna seringkali membuat mata Keisha menjadi sembab karena sikapnya.

Keisha sendiri mencoba bangkit. Ia kembali menekuni usaha yang dijalankan bersama Emi, sahabatnya. Jika dulu mengelola Baby Shop hanya sebatas untuk mengaktualisasikan diri, kini Keisha harus berpikir lebih jauh. Dengan kondisi Akna yang tak memiliki semangat untuk maju, Keisha harus menggantikan peran Akna untuk menghidupkan perekonomian keluarga.

Keisha lantas membuat perencanaan untuk mengembangkan usahanya. Ia lalu mendapat support penuh dari Emi dan Romi, sahabat Akna. Romi akan membantu Keisha dalam urusan peminjaman modal. Namun, Akna tak tahu menahu soal itu. Keisha yang serba salah akhirnya memutuskan untuk merahasiakan sementara rencananya hingga semua benar-benar terealisasikan.

Dan ke depan, hal inilah yang akan menjadi pemicu. Apakah kejutan Keisha ini menjadi awal kebahagiaan? Atau justru menjadi bencana? Lantas, masih adakah kesempatan kedua untuk Akna?

Kepiawaian Eni Martini, sang penulis, dalam meramu ide menjadi kata bisa dibilang tak perlu dipertanyakan lagi. Bahasanya yang mengalir membuat pembaca dapat dengan mudah larut hingga akhir novel dengan tema pernikahan ini. Beberapa kisah diceritakan dalam bentuk obrolan di antara tokoh-tokohnya. Kemudian dikuatkan dengan narasi yang mampu mengaduk emosi pembaca, seperti dalam kalimat berikut:

“Keisha menangis bersama air shower yang mengguyur kepala hingga ujung kakinya.” - hal. 98

Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain konsistensi kata sapa yang digunakan di antara masing-masing tokoh. Misalnya, antara Keisha dan Emi ingin menggunakan kata sapa aku atau gue?

“Besok gue mulai ngantor, ya?” kata Keisha mantap. -hal 57
Aku mau cari tempat strategis, mungkin kita bisa mengontrak kios … (dst.),” kata Keisha sambil tersenyum manis. - hal. 61

Penggunaan kata sapa kau di antara obrolan Akna dan Keisha juga sedikit menimbulkan nuansa kaku di dalam komunikasi pasutri. Kalaupun ingin menggambarkan sosok Akna yang berdarah Batak, tetap saja terdapat inkonsistensi di sini -di hlm. 23 menyebut dengan kata kamu, di hlm. 139 dengan kau-.

Terlepas dari itu semua, Rainbow adalah satu dari novel pernikahan yang cocok menjadi teman berbagi atas permasalahan rumah tangga yang warna-warni. Bagaimanapun, tak ada yang pernah tahu ombak atau badai yang akan menghadang kelak. Kisah Keisha dan Akna dapat menjadi pelajaran dan bekal untuk pernikahan yang akan atau sedang dijalani.



Judul buku | Rainbow: Akan Selalu Ada Kesempatan Kedua
Penulis | Eni Martini
Penerbit | Elex Media Komputindo

Tahun terbit | 2013
Tebal | 208 hlm
ISBN | 978-60202-1609-6

Apabila cinta memanggilmu
Ikutlah dengannya, walaupun jalan yang akan kalian lalui terjal dan berliku
Dan apabila sayap-sayapnya datang merengkuhmu, pasrah serta menyerahlah.
[Kahlil Gibran]


***
Tulisan ini diikutkan dalam lomba resensi novel by Eni Martini