Sunday, November 25, 2012

Merangkai Puzzle Persona Non Grata

on page 25
"Deskripsinya bagus.. cerita pembukanya juga bikin penasaran ^^b"

on page 51
"Gak bisa skimming..
rasanya sulit melewatkan satu kalimat di novel ini. paragrafnya padat berisi euy!"

***

Buku ini sudah ada dalam genggaman saya sejak bulan Februari lalu. Baca beberapa halamannya di bulan Mei dan... suka. Kesan pertamanya seperti yang saya kutip di atas. Tapi pada akhirnya berhenti membaca di halaman 51 itu juga. Bukan karena saya kehilangan ketertarikan untuk membacanya, hanya magnet dari buku ini saja yang kurang kuat. *eh, sama saja yaa? ^^v

Tapi sejujurnya, membaca buku ini memang membutuhkan waktu tersendiri buat saya. Temanya yang tak biasa, isinya yang padat, membuat saya tak rela membacanya di dalam angkot atau di sela-sela waktu yang ada. Buku ini harus dinikmati dengan situasi dan kondisi terbaik, pikir saya.

Novel dibuka dengan sebuah insiden di sebuah mall yang memberikan pembaca kesempatan untuk berkenalan dengan tokoh utama dalam Persona Non Grata. Dialah Dean Pramudya. Prince of cracker yang tampan, cerdas, bergelimang harta, namun miskin kasih sayang keluarga.

Bersama teman-temannya, Sang Prince membentuk Cream Crackers, sebuah sindikat yang siap membobol rekening milik orang lain hingga pembuatan kartu kredit palsu. Kepiawaian Dean dalam mengaburkan jejak pencarian polisi menimbulkan keresahan tersendiri di masyarakat maupun pihak aparat keamanan.

Membaca bab demi bab pembuka layaknya keping-keping puzzle yang harus dikumpulkan pembaca demi mencapai ending yang tak mudah ditebak. Selain menyuguhkan aksi yang dilakukan para cracker lengkap dengan istilah yang berkaitan dengannya, pembaca juga diajak ke dalam kisah pelarian Sarah, seorang tunasusila di sebuah lokalisasi di Batam, yang ternyata memiliki keterikatan hati dengan Dean. Hadirnya sosok Sarah membawa pembaca ke dalam kasus lain: tentang human trafficking dan lika-liku kehidupan para ODHA.

Setengah halaman novel ini sukses membuat pembaca penasaran dengan alur yang disajikan. Konflik demi konflik yang setahap demi setahap digulirkan seolah menuntun pembaca untuk menyelesaikan puzzle yang sempurna. Maka, yang muncul kemudian adalah ketegangan manakala mengikuti kisah Dean maupun Sarah.

Selain temanya yang jarang diangkat ke dalam novel, Persona Non Grata memberikan pesan spiritual tersendiri, bahwa di titik terlemah seorang manusia, kembali pada Tuhan Yang Maha Esa merupakan sebuah harapan untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Hingga seseorang tak perlu merasa menjadi sosok persona non grata (yang terbuang).

Kekurangan novel ini? Entahlah. Paduan kaver buku, judul, isi, hingga endingnya sudah sedemikian klop. Oh, oh, bahkan saya berharap novel ini difilmkan -dengan menjadikan Reza Rahardian sebagai Sang Prince, misalnya? Uhuk!-

Happy reading, fren! ^^

***

 
Judul | Persona Non Grata
Penulis | Riawani Elyta
Penerbit | Indiva Media Kreasi
Tahun Terbit | 2011
Tebal | 256 hlm
ISBN | 602-8277-50-9
 
***
kamar imaji,
26 November 2012 pk. 00.42 wib
"Persona non grata. Pernah dengar istilah ini, Sayang? Mereka yang terbuang. Yang tak diinginkan saat jati diri mereka yang sesungguhnya justru mulai terkuak ke permukaan."
-Dean, hal. 162

2 comments:

  1. Thank you Ai untuk reviewnya, aq juga mengaminkan harapan Ai, uhukk juga:-)

    ReplyDelete
  2. hehehe.. RR emang harus ditawarin peran antagonis lagi :D

    ReplyDelete

Terima kasih untuk tidak meninggalkan pesan berbau SARA dan spam di sini ^^v