Namanya Mohamad Hata. Bukan wakil presiden pertama di Republik
Indonesia, tapi dia seorang staff di tempat saya mengajar. Yang menarik darinya
adalah kegemaran Mas Ata -begitu saya memanggilnya- dalam membaca. Saya
seringkali menemukannya tengah asyik masyuk dengan buku yang dibacanya.
Hampir sebulan saya tak menemukan “korban” untuk Reading Everywhere
Project. Maka, saat melihat Mas Ata yang tampak begitu serius membaca buku,
segera saya ambil ponsel dan mengabadikan momen itu.
reading makes him looks like a boss ^^ |
Esoknya, saat kembali
menemukan Mas Ata yang sedang membaca, saya meledeknya, “Ciee Mas Ata, kayaknya
pengen difoto lagi trus di-upload di Facebook nih?”
“Nggak kok, sebelum Mba dateng, saya juga udah baca buku,” balasnya
polos. Saya dan beberapa tutor lain hanya bisa tertawa dibuatnya.
Selepas mengajar, saya istirahat sejenak di ruang tutor dan menemukan
Mas Ata yang masih setia dengan bukunya. Ia bukannya tak ada kerjaan. Tugasnya
adalah menyiapkan kelas dan snack untuk tutor. Urusan fotocopy bahan mengajar
juga Mas Ata yang melakukannya. Di sela-sela waktu kosong itulah ia banyak
menghabiskan waktunya untuk membaca.
“Mba, otodidak itu apa?” tanya Mas Ata saat saya tengah memeriksa pesan
yang masuk ke ponsel.
“Eh?” Saya yang ditembaki pertanyaan dengan tiba-tiba begitu jadi merasa
agak terkejut, “otodidak itu belajar sendiri,” jawab saya sekenanya. Tapi
kemudian saya menambahkan dengan contoh.
“Mas Ata lulusan SMK kan yaa? Jurusan apa?”
“Iya. Akuntansi.”
“Nah, kan kemampuan Mas Ata di bidang itu, tapi Mas Ata pengen bisa
menjahit, misalnya, maka Mas Ata akan belajar sendiri, otodidak. Bisa dengan
melihat orang lain yang menjahit, atau mencari infonya dari buku atau yang
lain.”
Saya berusaha menjelaskan dengan bahasa sederhana. Dan untungnya Mas Ata
paham. Tapi selanjutnya saya dihujani kosakata lain: imperialisme,
implementasi. Semua kata-kata itu berasal dari buku Ranah 3 Warna yang
belakangan sedang dibacanya. Hwee.. Saya bisa mengerti maksud kata itu tapi
sejujurnya saya agak kesulitan untuk menjabarkannya. *untung di ponsel ada KBBI
luring, hehe*
Melihat semangat membaca Mas Ata, terlebih berkaca pada intensitas
membaca saya yang akhir-akhir ini sangat menurun, membuat saya terlecut untuk
kembali menyemangati diri. Bahwa membaca adalah jendela ilmu. Dengan membaca,
saya akan mendapatkan pemahaman yang baru.
nyengir waktu contohnya njahit.. ;d
ReplyDeletekarena terlalu mendadak, aku jadi gak sempat mikir jawaban lain :))
Delete