Pernikahan nggak selamanya menjadi gembok besar yang menghalangi kesempatan orang lain untuk memasukinya selama yang empunya juga selalu alpa memasang gembok itu rapat-rapat. (Andri, Hal 53)
Izinkan saya mengutip kalimat tersebut sebagai pembuka
resensi ini. Sebuah quote yang sukses membuat saya geregetan dan rasa-rasanya
ingin sekali menonjok lelaki bernama Andri di dalam novel Perjalanan Hati karya
Riawani Elyta.
Lantas, siapakah Andri?
Bagi saya, kehadiran Andri dalam novel setebal 194 halaman
ini menjadi sebuah magnet tersendiri. Padahal, dia bukanlah tokoh utama di
sini. Adalah Maira dan Yudha, sepasang suami istri yang harus melakukan
perjalanan hati dengan caranya masing-masing untuk menyelesaikan prahara yang
menyelimuti rumah tangga mereka. Dan Andri, hanyalah bayangan masa lalu Maira. Namun,
kehadirannya memiliki andil besar dalam kenangan yang diputar kembali (secara
sengaja) oleh Maira.
Maira dan Yudha adalah dua sejoli yang semasa di kampus merupakan penggiat alam. Pernikahan membuat keduanya menghentikan aktivitas di alam liar karena kondisi keduanya yang memang tak lai memungkinkan. Yudha sibuk kerja, Maira memilih menjadi ibu rumah tangga. Namun, tentu ada tanda tanya besar dalam pikiran Yudha saat Maira tiba-tiba meminta izin untuk melakukan keiatan backpacking ke anak Krakatau. Dugaan singkat Yudha, hal tersebut berkaitan dengan Donna, wanita di masa lalu Yudha.
Perjalanan Maira menuju anak Krakatau tentu bukan sebagai pelarian semata. Ada tanya yang belum terjawab. Tentang arti pernikahan yang dibangun antara Maira-Yudha yang selama ini nyaris tanpa masalah sebelum kedatangan Donna. Ada kenangan yang memaksanya larut, menikmati masa lalu yang pernah ia alami bersama Andri, cinta dalam diam yang harus berakhir tanpa alasan. Hanya sebuah kesadaran yang hadir: Andri menghilang.
Dan kembali bersamanya dalam perjalanan backpacking ini.
Lantas, ke mana hati Maira akan berlabuh, Andri atau Yudha? Lantas apa misi di balik kedatangan Donna? Apakah Yudhapun kelak akan tertarik ke dalam masa lalunya?
Ini adalah novel bergenre domestic romance dengan alur yang agak lambat namun menyisakan kesan nano-nano di setiap babnya. Pembaca seolah diajak mendalami perasaan masing-masing tokoh, ditarik untuk terlibat dalam konflik yang mengemuka, dan dibuat penasaran dengan ending perjalanan hati mereka.
Dan kembali bersamanya dalam perjalanan backpacking ini.
Lantas, ke mana hati Maira akan berlabuh, Andri atau Yudha? Lantas apa misi di balik kedatangan Donna? Apakah Yudhapun kelak akan tertarik ke dalam masa lalunya?
Ini adalah novel bergenre domestic romance dengan alur yang agak lambat namun menyisakan kesan nano-nano di setiap babnya. Pembaca seolah diajak mendalami perasaan masing-masing tokoh, ditarik untuk terlibat dalam konflik yang mengemuka, dan dibuat penasaran dengan ending perjalanan hati mereka.
Oya, satu hal yang saya sendiri tersadar setelah
mengumpulkan kutipan-kutipan menarik dalam buku Perjalanan Hati. Sang Penulis agaknya
teramat senang menggunakan kata ‘terkadang” sehingga kata tersebut cukup sering
ditemukan dalam novel ini. Ya nggak masalah sih. Terkadang, ada hal-hal detil –gak
penting- yang perlu disampaikan untuk kepuasan si pembuat resensi. Hehe..
Judul | Perjalanan Hati
Penulis | Riawani Elyta
Penerbit | Rak Buku
Tahun terbit | 2013
Tebal | iv + 194 Hal
ISBN | 602175596-0
Suara dari masa lalu itu masih berembus kencang
Menyergapku dalam rindu yang dingin
Ini tentang rasa yang terus tumbuh dan terpelihara
Jika tidak pada tempatnya,
Maka ia tak ubahnya ilalang kering
Kusadari, bayang-bayangmu tak hadirkan rasa benci,
tetapi rindu yang perlahan-lahan berembus
Ini cerita tentang aku
Aku yang menapaktilasi masa lalu,
mencoba mencari rasa yang terserak untuk menetapkan hati
Aku yang berjalan mengitari hatinya,
mencoba mencari getaran itu kembali
Ketika semua terasa hampa,
apakah kau masih mau berdiri di sana....
Menungguku pulang dan memelukku erat
***
Suara dari masa lalu itu masih berembus kencang
Menyergapku dalam rindu yang dingin
Ini tentang rasa yang terus tumbuh dan terpelihara
Jika tidak pada tempatnya,
Maka ia tak ubahnya ilalang kering
Kusadari, bayang-bayangmu tak hadirkan rasa benci,
tetapi rindu yang perlahan-lahan berembus
Ini cerita tentang aku
Aku yang menapaktilasi masa lalu,
mencoba mencari rasa yang terserak untuk menetapkan hati
Aku yang berjalan mengitari hatinya,
mencoba mencari getaran itu kembali
Ketika semua terasa hampa,
apakah kau masih mau berdiri di sana....
Menungguku pulang dan memelukku erat
***
resensi ini diikutkan dalam lomba resensi Perjalanan Hati oleh Riawani Eyta