Wednesday, May 15, 2013

Sewindu: Cinta Itu Tentang Waktu

Saya masih ingat, pertengahan tahun 2010 lalu, buku berjudul "Ini Wajah Cintaku, Honey" menemani perjalanan  saya menuju Baluran, Jawa Timur. Buku fiksi karya Tasaro GK yang pertama kali saya baca itu saya pinjam dari seorang kawan. Bahasanya yang mengalir dan interaktif membuat saya dengan mudah menyelesaikan buku tersebut sebelum kereta sampai di tujuan. Hingga kemudian, cerita tentang oseng-oseng daun pepaya menjadi cerita favorit saya.

Ah, beruntungnya saya ketika mengetahui bahwa kisah yang tertuang dalam buku Ini Wajah Cintaku, Honey dapat saya baca kembali lewat hadirnya buku Sewindu.

Awalnya saya menduga bahwa Sewindu merupakan kumpulan catatan harian pernikahan Tasaro dengan sang istri. Mungkin karena bagian pertama dalam buku ini lebih banyak bercerita tentang bagaimana mereka menjalani awal-awal pernikahan yang penuh warna-warni. Mulai dari kehidupan di Pondok Mertua Indah, perdebatan menu makanan, hingga pada peristiwa-peristiwa sederhana yang menjadi penuh kesan seperti saat Tasaro begitu terenyuh ketika mendapati sang istri menyetrika pakaiannya (Hei, bahkan saya terkesima sewaktu membaca kisah tentang bangganya ia saat namanya tertera dalam tagihan listrik ^^a)

Inilah yang bagi saya memberikan nuansa beda dibanding kisah-kisah pernikahan lainnya yang pernah saya baca. Semacam diary pernikahan rasa lelaki! Hehe... Gaya bercerita Tasaro yang renyahpun membuat buku ini menjadi semakin asyik untuk dibaca. 

cover buku Ini Wajah Cintaku, Honey
Delapan tahun ini, sebagaimana waktu mengubah dunia, saya kira, banyak pula pergeseran pemikiran dan orientasi hidup yang menyertai kami. Jika dulu, saat rumah tangga muda habis waktu untuk memikirkan bagaimana kami makan, memiliki tempat tinggal, atau berpakaian layak, kini ada kebutuhan lain yang lebih fundamental, di posisi mana kami berada di tengah-tengah masyarakat? Peran apa yang harus kami ambil?   - hlm. 166

Kutipan di atas seolah menjadi pembuka kekeliruan saya akan buku ini. Ya, Sewindu memang tak melulu bicara soal kehidupan pernikahan Tasaro dengan Sang Istri. Pembaca akan diajak melihat kehidupan Tasaro yang lebih luas lagi. Kehidupan yang penuh akan cinta dari keluarga, sahabat, serta masyarakat di lingkungan sekitarnya. Bukan sekadar autobiografi, tapi juga tentang pelajaran hidup yang terpetik dari apa yang telah ia jalani.

Ada peran sebagai seorang suami yang mendampingi di masa senang maupun sulit. Sebagai ayah yang akan selalu mengawasi anaknya bertumbuh. Menjadi anak, menantu, tetangga, sahabat. Bahkan sebagai seorang diri yang akan terus berkarya dan bermanfaat bagi siapa saja. 

Begitu banyak inspirasi yang dapat diserap dari buku ini. Hanya, saya pikir harga buku senilai Rp 82.000 ini terbilang relatif mahal. Saya sempat mengira-ngira, apakah yang membuat buku ini menjadi begitu mahal? Ternyata jawabannya ada pada ilustrasi berwarna yang diselipkan dalam beberapa halaman dalam buku ini. Okelah, cukup bisa mengurangi kebosanan akan warna huruf yang monoton. Tapi sebenarnya bagi saya tidak ada yang terlalu spesial dari ilsutrasi itu. Jadi, kalaupun dihilangkan, nggak masalah juga sih^^v

mahal sih, tapi nggak rugi lah kalo beli buku ini! ^^b

Sewindu, delapan tahun, adalah waktu yang bisa jadi lama atau sebentar. Tapi, bagi saya, itu rentang waktu yang cukup untuk menimbang cinta. Mengalami banyak hal bersama Mimi, menyikapi setiap permasalahan, mencari solusi, dan menjalani paket kehidupan yang berbagai-bagai warna dan rasa, memunculkan sebuah konklusi: cinta itu tentang waktu. 

-Tasaro GK

Membaca Sewindu, boleh jadi akan membawa pembaca pada satu waktu untuk merenungi tahun demi tahun yang ia jalani bersama pasangannya. Berkaca kembali, sudah sejauh manakah peran diri di dalam keluarga  dan lingkungan membawa kebermanfaatan. Pun bila belum memiliki pasangan, buku ini tetap layak dibaca karena akan memunculkan gambaran pernikahan visioner. Yang setiap waktunya dipenuhi cinta. 

Selamat membaca!




Judul | Sewindu
Penulis | Tasaro GK
Penerbit | Metagraf - creative imprint of Tiga Serangkai
Tahun Terbit | Maret 2013
Tebal |382 hlm
ISBN | 978-602-9212-78-5

"Di mana lagi aku temui pendamping hidup semacammu?"

***

Tulisan  ini diikutsertakan dalam Lomba Resensi Sewindu karya Tasaro GK
yang diselenggarakan oleh Penerbit Tiga Serangkai

info lomba lihat di sini

Tuesday, May 14, 2013

Demi Buku Seharga Rp 69.900


Hontou ni, saya pecinta buku gratisan. Dan betapa bahagianya saya karena di toko buku Leksika Kalibata City saya bisa berkesempatan mendapatkan buku gratis *syarat dan ketentuan berlaku* :D

Secara singkat saya jelaskan bahwa Leksika KC setiap hari membagikan buku gratis dengan judul tertentu sebanyak kurang lebih 30 buku. Pembagian buku tersebut dilakukan dalam dua tahap, pk. 13.00 dan pk. 19.00. Nah, di antara dua waktu tersebut, sesi malamlah yang paling mendebarkan. Jika buku gratisnya bagus, best seller, atau harganya mahal, freebook hunter-nya juga makin banyak :P. Jangan harap deh bisa mendapatkan buku gratis kalau kalian baru dateng ke tobuk itu pk. 18.30 wib.

Tapi, do you know, kapan Perang Diponegoro berlangsung? *apa hubungannyaaa?? XD

Kalo dalam edisi lucu-lucuannya sih Perang Diponegoro berlangsung ketika waktu maghrib. Heheh... Tapi kalau pertanyaannya diajukan sekarang, jawabannya bisa nggak tepat. Karena jam 6 sorepun adzan maghrib udah selesai berkumandang *ini kenapa masih juga bahas Diponegoro? #gagalfokus ^^v

Udah ketemu benang emasnya belum?

Begini. Yang paing mendebarkan buat saya jika harus mengantri buku gratis di sesi malam adalah soal waktunya yang berdekatan dengan waktu maghrib. Kalau misalnya selesai menunaikan shalat maghrib pk. 18.30, maka kemungkinan besar ketika tiba di Leksika, jatah buku gratis sudah habis --kecuali bukunya emang kurang bagus jadi mau dateng jam tujuhpun masih masuk antrian 3 besar-- Ini belum termasuk dilema kalo ternyata kajian sebelum isya'-nya menyajikan tema yang bagus --emang bagus2 terus sih, huhu, jadi seringnya malah gagal ngantri freebook.

Dan judul note ini sebenarnya berkaitan dengan cerita yang baru akan saya jelaskan setelah prolog yang entah kenapa jadi sedemikian panjang ^^a

Hari ini saya aslinya memang ada rencana ke Kalibata City untuk suatu keperluan. Lalu ketika mengecek timeline@leksika_kc *yang udah di-bookmark #naiatbangetkan :P*, saya memutuskan untuk ambil "jatah" buku di Leksika KC pada sesi malam ini. Tiba di Kalibata City pk. 17.30, saya lantas dudukduduk dulu di depan gerai Hop Hop Bubble. Ke Leksika nanti saja, jam enam lewat biar nggak dikira pengen banget sama buku gratisan XD. Tepat pk 18.00 ketika saya memasuki areal toko buku kecil itu, saya dikejutkan oleh antrian freebook hunter yang mengular.

Masih satu jam lagi dan saya sudah ada di urutan ke-13, sodara-sodara!!

Segera saja saya whatsapp-an dengan seorang kawan yang kemungkinan mau mengambil "jatah" juga. Sambil menunggu jarum panjang di angka tujuh, saya mengobrollah dengan kawan saya itu. Saya awalnya menceritakan keheranan saya, "Ini 2 cowok di depan gw sholatnya gimana yak?"

"Itulah. Kayaknya sampai bikin orang nggak sholat deh!" balas kawan saya.

Waduh, ngeri banget! Di antara 15 pengantri, laki-lakinya hanya 2 orang. Oke, kalau yang perempuan, saya menganggap mereka semua endometriumnya sedang meluruh, seperti saya :P. Nah, buat yang laki-laki, saya akhirnya milih untuk husnudzon kalau mereka itu mungkin nonmuslim. Yaa amannya begitu aja dah! :D

Tapi kemudian pk. 18.20, ada seorang perempuan yag berdiri dan "izin" sholat ke bapak penjaga antrian. Si Bapak bilang dia nggak boleh kemana2. Peraturannya kalau sudah antri maka nggak boleh meninggalkan antrian, kecuali merelakan antriannya untuk diisi yang lain. Bingunglah si perempuan. Saya yang menyaksikan hal itu juga ikutan panik. Bagaimanakah akhir kisahnya? #halah

Si perempuan kemudian mencoba nego. Bapak penjaga aslinya nggak bermaksud melarang2 orang sholat. Itu tentu hak Si Mba. Bapak Penjaga cuma kasih tahu konsekuensi yang akan ia dapat kalau Si Mba memutuskan untuk pergi. Si Mba pun galau lagi.

Ya Allah.... saya khawatir banget kalau Si Mba lebih milih memperjuangkan buku seharga Rp 69.000 ini dibandingkan menunaikan kewajibannya T-T

Untungnya seorang anak kecil yang sedang bacabaca di kids corner mau diperbantukan untuk menjaga "tempat duduk" Si Mba sementara ia pergi sholat. Alhamdulillah....

.
.
.

Dan di detikdetik sebelum pukul tujuh malam, seorang wanita berjilbab beserta anaknya menghampiri lelaki di depan saya. "Sampai jam berapa sih, Pah?" tanyanya.

Loh? Dia istrinya? Jadi suaminya muslim juga dong? Jadi? Jadi?

Sembari berjalan ke kasir, saya memperhatikan pasutri itu. Kenapa sang istri nggak menggantikan posisi suaminya agar pasangannya tersebut bisa sholat dulu? Yah, mesti hal ini sebenarnya melanggar aturan juga, tapi kan lebih baik sholat toh? Eh, nggak ding, harusnya istrinya aja yang antri karena kalo diperhatikan istrinya pun nggak sholat juga pas waktu maghrib itu.

Bukankah baik istri atau suami harus saling menasehati untuk meraih ketakwaan?
Atau jangan-jangan suaminya memang nonmuslim?
Lah, piye toh? ini jelasjelas lebih nggak diperbolehkan lagi!! X_X

.
.
.

di balik 3 jendela,
14 Mei '13 pk. 23.25 wib
moga ada pelajaran yang bisa dipetik dari kejadian ini :)

Thursday, May 2, 2013

Pemenang BBI 2nd Anniversary Giveaway Hop

Mohon maaf karena lagi-lagi ngaret dari jadwal yang ditentukan. Pulang dari gunung ternyata bikin kondisi tubuh saya agak2 ngedrop. Jadilah prosesi pengundian -a la saya- baru dilakukan hari ini. Gomen nee~

Baiklah, nggak perlu berbasa-basi, langsung saja saya umumkan pemenang giveaway kali ini...

Selamat kepada:

Delta Yordani
berhak mendapatkan paket novel karya Riawani Elyta:
Jasmine & Ping! A Message From Borneo

&

Miss Rochma
berhak mendapatkan paket novel karya Aida M.A.:
Sunset in Weh Island & Looking For Mr. Kim

Kepada para pemenang, harap mengirimkan email berisi nama, alamat rumah, dan no. HP yang aktif ke zee.azzahra@gmail.com. Email ditunggu paling lambat sepekan dari pengumuman pemenang hari ini. Apabila sampai batas yang ditentukan belum ada yang konfirmasi, maka hadiahnya buat saya, eeh,, maksudnya akan saya undi lagi untuk pemenang selanjutnya :D

Terima kasih atas partisipasi dari bookalovers semua. Mohon maaf kalau giveaway kali ini masih banyak kekurangan. Moga lain kali saya bisa mengadakan giveaway lagi.

*special thanks to Mba Lyta & Mba Aida, duo penulis yang sedang bersinar. Makasih udah jadi sponsor untuk giveaway ini loh! #ketjup