Friday, October 4, 2013

Saat Cinta Singgah di Hati Yang Salah

Empat remaja. Freya, Moses, Adrian, Gia. Masa putih abu-abu diwarnai dengan kisah cinta layaknya remaja seusia mereka. Moses menyukai Freya sedangkan Adrian jatuh hati pada Gia. Dua cowok itu kemudian janjian nembak cewek yang mereka suka. Beruntungnya gayung bersambut. Maka, lahirlah dua pasangan baru di sekolah. Moses-Freya dan Adrian-Gia.

Berhubung Moses dan Adrian berteman akrab pun dengan Freya dan Gia, maka setiap akhir pekan merekapun mengadakan double date di sebuah kafe. Suatu pekan, Moses tak bisa menjemput Freya menuju kafe yang menjadi tempat pertemuan rutin mereka. Freya kemudian menghubungi Adrian untuk mengabarkan kalau Moses akan menyusul nantinya. Lalu percakapan via telepon genggampun berujung pada tawaran Adrian untuk menjemput Freya. Toh saat itu Giapun masih di sanggar lukisnya, pikir Adrian.

Sebenarnya -ini adalah tawaran basa-basi. Dalam keseharian mereka, tak banyak interaksi yang terjalin di antara Adrian dan Freya. Hanya teman dari pacar masing-masing. Tapi siapa yang menyangka kalau kejadian jemput menjemput itu menjadi awal bagi Adrian dan Freya untuk mengenal lebih dalam satu sama lain.

Ah, sampai di sini pasti pembaca dengan mudah dapat menebak kelanjutan ceritanya.

Kepergian ibunda Adrian untuk selama-lamanya menjadi momen terpenting bagi perkembangan hubungan Adrian dan Freya. Freya hadir di saat yang tepat, kala Adrian merasa membutuhkan seseorang yang bukan hanya menemaninya, tetapi juga memahami perasaan kehilangan yang dialami Adrian. Dan Freya yang mulai jenuh dengan kisah cintanya bersama Moses mulai memandang Adrian sebagai sosok yang lain. Lebih dari sebatas pacar sahabatnya.

Lalu, bagaimana hubungan antara Moses dan Freya? Apakah Adrian dan Gia juga tetap menjadi pasangan paling romantis di sekolahnya?

Remember When ini buku ketiga Winna Efendi yang saya baca. Dua judul sebelumnya antara lain Ai dan Refrain. Seperti komentar saya untuk novel-novel Wina sebelumnya. Penulis muda ini pandai mencuri perhatian pembaca dengan gaya berceritanya yang mengalir. Seolah pembaca tak diberi kesempatan untuk mengambil jeda sejenak sebelum menuntaskan bacaannya.

Saya nggak mau cerita banyak tentang novel ini. Seperti teenlit pada umumnya, kisah ini bisa dibilang agak klise. Nggak ada tema sampingan yang dibahas dalam novel perdana bagi Wina ini. Semuanya hanya menceritakan tentang cinta. Hanya mungkin yang cukup menarik ketika peristiwa kematian ibunda Adrian serta bagaimana cowok itu menjadi sosok yang berubah. Kesadaran bahwa Adrian dan Freya saling memahami meski terkesan terlambat karena masing-masing mereka telah memiliki pacar, menjadi satu poin yang memberi kesan tersendiri.

Yah, pada suatu masa, terkadang memang cinta singgah di hati yang salah. #bukancurcol XD

Oya, saya paling merasa janggal dengan momen ketika Freya dengan 'bodohnya' menerima rokok yang ditawarkan Adrian padanya. Saya pikir, untuk ukuran orang yang cerdas seperti Freya, ia harusnya tahu betul bagaimana rokok itu tidak baik untuk kesehatan. Yaa, meski awalnya Freya menolak tawaran tersebut, tapi toh akhirnya dia menghisapnya juga. Dan saya tetep nggak rela T.T

Tapi manusia memang memiliki sisi-sisi kebodohannya masing-masing sih yaa. Seperti juga Gia. Di satu sisi Gia sangat tidak menyukai aktivitas merokok. Bahkan asapnyapun dia benci. Tapi nyatanya dia menjalin hubungan cinta yang tak sehat dengan Adrian. Meski atas dasar suka sama suka sekalipun, menyerahkan keperawanannya sebelum ada ikatan pernikahan di antara mereka jelaslah tak dibenarkan.

BTW, saya baru tahu kalau sebelumnya buku ini berjudul Kenangan Abu-abu. Saya rasa tepat juga sih kalo judulnya diganti jadi Remember When. Lebih manis gimanaaa gitu. Dan cocok juga dengan isi ceritanya.



Apa pun yang kau katakan, bagaimanapun kau menolaknya, cinta akan tetap berada di sana, menunggumu mengakui keberadaannya.

Bagi kita, senja selalu sempurna; bukankah sia-sia jika menggenapkan warnanya? Seperti kisahmu, kau dan dia, juga kisahku, aku dan lelakiku. Tak ada bagian yang perlu kita ubah. Tak ada sela yang harus kita isi. Bukankah takdir kita sudah jelas?

Lalu, saat kau berkata, "Aku mencintaimu", aku merasa senja tak lagi membawa cerita bahagia. Mungkinkah kata-katamu itu ambigu? Atau, aku saja yang menganggapnya terlalu saru?

"Aku mencintaimu," katamu. Mengertikah kau apa artinya? Mengertikah kau kalau kita tak pernah bisa berada dalam cerita yang sama, dengan senja yang sewarna?

Takdir kita sudah jelas. Kau, aku, tahu itu.

***

Judul | Remember When
Penulis | Winna Efendi
Penerbit | Gagas Media
Tahun Terbit | 2011
Tebal | 260 hlm
ISBN | 9797804879

3 comments:

  1. aakk, ceritanya maniis :D cerita anak sekolah banget, tp nano2 rasanya :D

    ReplyDelete
  2. tapi udah berkurang feel-nya la. faktor U XD

    ReplyDelete
  3. Aku skip skip bacanyaaaaaa... belon selese baca novelnya soalnya.

    ReplyDelete

Terima kasih untuk tidak meninggalkan pesan berbau SARA dan spam di sini ^^v