Saya mungkin terlalu
berani untuk mendeklarasikan bahwa saya penggemar karya-karya Dee. Nyatanya,
satu paket supernova pun belum pernah saya baca. Tapi bolehlah saya sampaikan bahwa
untuk karya Dee yang lain, saya telah tuntas membacanya. Dimulai dari Filosofi
Kopi yang membuat saya seketika terpikat oleh cara Dee mengikat ide. Berlanjut
ke Madre, lalu Perahu Kertas. Dan terakhir adalah yang akan saya buat ulasannya adalah
ini: RectoVerso.
Boleh dibilang saya
terlambat mengetahui karya unik Dee yang satu ini. perkenalan saya dengan
Rectoverso justru ketika kisah-kisah dalam kumpulan cerpen ini hendak diangkat
ke layar lebar. Sejak membaca bukunya untuk pertama kali di bulan April 2013
pun saya tak langsung melahapnya hingga habis. Saya memilih untuk tak
terburu-buru menyelesaikannya. Bagi saya, begitulah cara paling asyik menikmati
karya Dee. Butuh konsentrasi yang cukup penuh jika tak ingin menutup buku
dengan mata yang melongo --ketauan kan kalo saya gagap sama bacaan sastra ^^a
Oya, saya menyebut
Rectoverso ini sebagai karya yang unik karena memang buku ini lain dari yang
lain -saat awal mula peluncurannya tepatnya-. Terdapat 11 kisah yang didukung
oleh 11 lagu plus gambar-gambar penunjang di beberapa halamannya. Semuanya benar-benar
saling melengkapi. Buku ini mungkin juga menjadi cerminan paling real bagi seorang Dee, sebagai seorang
musisi dan penulis.
Dan saya terpikat
Rectoverso.
Tidak semua kisahnya
meninggalkan kesan mendalam, sih. Beberapa kisah yang paling saya suka diantaranya Hanya Isyarat, Malaikat Tanpa Sayap, dan Firasat. Tapi yang lain tetap memiliki kekhasannya. Saya selalu suka dengan cara Dee
menyampaikan tiap gagasan ke dalam tulisan. Ide-ide yang sebenarnya klise, dipoles menjadi sebuah
cerita dengan sudut pandang yang berbeda. Menarik. Terutama bagaimana Dee
kemudian mengeksekusi cerpen tersebut hingga dihasilkan ending yang apik. Sangat apik.
Seperti tagline yang tertulis di cover bukunya yang baru (pun dalam filmnya), Rectoverso banyak mengambil kisah-kisah cinta khususnya perihal cinta yang tak terungkapkan. Rasanya buku ini menjadi begitu cocok untuk sesiapa yang sedang patah hati atau memilih mematahkan hatinya sendiri karena cintanya yang diam-diam.
Dan sebagai penutup, terimalah satu kutipan paragraf dari cerpen berjudul Hanya Isyarat berikut:
Dan sebagai penutup, terimalah satu kutipan paragraf dari cerpen berjudul Hanya Isyarat berikut:
Aku menghela napas. Kisah ini terasa smakin berat membebani lidah. Aku sampai di bagian bahwa aku telah jatuh cinta. Namun, orang itu hanya mampu kugapai sebatas punggungnya saja. Seseorang yang cuma sanggup kuhayati bayangannya dan tak akan pernah kumiliki keutuhannya. Seseorang yang hadir sekelebat bagai bintang jatuh yang lenyap keluar dari bingkai mata sebelum tangan ini sanggup mengejar. Seseorang yang hanya bisa kukirimi isyarat halus udara, langit, awan, atau hujan. Seseorang yang selamanya harus dibiarkan berupa sebentuk punggung karena kalau sampai ia berbalik, niscaya hatiku hangus oleh cinta dan siksa.
- Hanya Isyarat, hal 52
Selamat membaca!
cover buku yang lama dan baru | sumber: jengtera.com |
Judul | Rectoverso
Penulis | Dewi Dee Lestari
Penerbit | Good Faith
Tahun Terbit | 2008
Tebal | 148 hlm
ISBN | 9789799625748
Published with Blogger-droid v2.0.10
Terkadang seseorang memilih buku yang dibaca sesuai 'cuaca' hatinya. Kalau lagi happy, baca buku-buku yang bernuansa riang, sementara kalau lagi kasmaran bacaannya mungkin yang romansa-romansaan. Dari review yang bagus ini, entah kenapa ada kesan si penulis reviewnya sendiri lagi (maaf) patah atau mematahkan hatinya. Semoga saya salah....
ReplyDeleteHai, anonymous.. makasih yaa udah mampir dan komen. ahaha.. aseli, saya senyum2 sendiri baca komennya. emm, menurut saya sih analisanya kurang tepat. saya baca buku ini karena kebutuhan meresensi bukunya. berhubung rectoverso baru setengah jalan, jadi yaa saya tuntaskan aja.
ReplyDeletepun, saya ini tipe yang gak setia kalo baca buku. jadi sehari aja bisa gonta-ganti buku meski belum tuntas seluruhnya ^^a
atau mungkin hati kecil saya tanpa sadar menyampaikannya lewat review ini? entah. :P
tidak apa2 memilih buku itu suka2 hati saja...
ReplyDeletebtw filmnya juga lumayan kok
Kurang tepat bukan berarti tidak tepat kan? :p
ReplyDeleteOke deh, selamat membaca kembali buku-buku dgn sesuka hati.
tentang cinta yang tak tersampaikan ya, Ai? aiih, pantesan yang anonymous ngiranya kamu lagi patah hati :D ehehehe :D tapi ga selalu sih orang patah hati baca buku yang sedih. bisa juga buku yang lain
ReplyDelete