Thursday, October 3, 2013

Terpikat RectoVerso

Saya mungkin terlalu berani untuk mendeklarasikan bahwa saya penggemar karya-karya Dee. Nyatanya, satu paket supernova pun belum pernah saya baca. Tapi bolehlah saya sampaikan bahwa untuk karya Dee yang lain, saya telah tuntas membacanya. Dimulai dari Filosofi Kopi yang membuat saya seketika terpikat oleh cara Dee mengikat ide. Berlanjut ke Madre, lalu Perahu Kertas. Dan terakhir adalah yang akan saya buat ulasannya adalah ini: RectoVerso.

Boleh dibilang saya terlambat mengetahui karya unik Dee yang satu ini. perkenalan saya dengan Rectoverso justru ketika kisah-kisah dalam kumpulan cerpen ini hendak diangkat ke layar lebar. Sejak membaca bukunya untuk pertama kali di bulan April 2013 pun saya tak langsung melahapnya hingga habis. Saya memilih untuk tak terburu-buru menyelesaikannya. Bagi saya, begitulah cara paling asyik menikmati karya Dee. Butuh konsentrasi yang cukup penuh jika tak ingin menutup buku dengan mata yang melongo --ketauan kan kalo saya gagap sama bacaan sastra ^^a

Oya, saya menyebut Rectoverso ini sebagai karya yang unik karena memang buku ini lain dari yang lain -saat awal mula peluncurannya tepatnya-. Terdapat 11 kisah yang didukung oleh 11 lagu plus gambar-gambar penunjang di beberapa halamannya. Semuanya benar-benar saling melengkapi. Buku ini mungkin juga menjadi cerminan paling real bagi seorang Dee, sebagai seorang musisi dan penulis.

Dan saya terpikat Rectoverso.

Tidak semua kisahnya meninggalkan kesan mendalam, sih. Beberapa kisah yang paling saya suka diantaranya Hanya Isyarat, Malaikat Tanpa Sayap, dan Firasat. Tapi yang lain tetap memiliki kekhasannya. Saya selalu suka dengan cara Dee menyampaikan tiap gagasan ke dalam tulisan. Ide-ide yang sebenarnya klise, dipoles menjadi sebuah cerita dengan sudut pandang yang berbeda. Menarik. Terutama bagaimana Dee kemudian mengeksekusi cerpen tersebut hingga dihasilkan ending yang apik. Sangat apik.

Seperti tagline yang tertulis di cover bukunya yang baru (pun dalam filmnya), Rectoverso banyak mengambil kisah-kisah cinta khususnya perihal cinta yang tak terungkapkan. Rasanya buku ini menjadi begitu cocok untuk sesiapa yang sedang patah hati atau memilih mematahkan hatinya sendiri karena cintanya yang diam-diam.

Dan sebagai penutup, terimalah satu kutipan paragraf dari cerpen berjudul Hanya Isyarat berikut:

Aku menghela napas. Kisah ini terasa smakin berat membebani lidah. Aku sampai di bagian bahwa aku telah jatuh cinta. Namun, orang itu hanya mampu kugapai sebatas punggungnya saja. Seseorang yang cuma sanggup kuhayati bayangannya dan tak akan pernah kumiliki keutuhannya. Seseorang yang hadir sekelebat bagai bintang jatuh yang lenyap keluar dari bingkai mata sebelum tangan ini sanggup mengejar. Seseorang yang hanya bisa kukirimi isyarat halus udara, langit, awan, atau hujan. Seseorang yang selamanya harus dibiarkan berupa sebentuk punggung karena kalau sampai ia berbalik, niscaya hatiku hangus oleh cinta dan siksa.
- Hanya Isyarat, hal 52

Selamat membaca!

cover buku yang lama dan baru | sumber: jengtera.com
Judul | Rectoverso
Penulis | Dewi Dee Lestari
Penerbit | Good Faith
Tahun Terbit | 2008
Tebal | 148 hlm
ISBN | 9789799625748

Published with Blogger-droid v2.0.10

5 comments:

  1. Terkadang seseorang memilih buku yang dibaca sesuai 'cuaca' hatinya. Kalau lagi happy, baca buku-buku yang bernuansa riang, sementara kalau lagi kasmaran bacaannya mungkin yang romansa-romansaan. Dari review yang bagus ini, entah kenapa ada kesan si penulis reviewnya sendiri lagi (maaf) patah atau mematahkan hatinya. Semoga saya salah....

    ReplyDelete
  2. Hai, anonymous.. makasih yaa udah mampir dan komen. ahaha.. aseli, saya senyum2 sendiri baca komennya. emm, menurut saya sih analisanya kurang tepat. saya baca buku ini karena kebutuhan meresensi bukunya. berhubung rectoverso baru setengah jalan, jadi yaa saya tuntaskan aja.

    pun, saya ini tipe yang gak setia kalo baca buku. jadi sehari aja bisa gonta-ganti buku meski belum tuntas seluruhnya ^^a

    atau mungkin hati kecil saya tanpa sadar menyampaikannya lewat review ini? entah. :P

    ReplyDelete
  3. tidak apa2 memilih buku itu suka2 hati saja...
    btw filmnya juga lumayan kok

    ReplyDelete
  4. Kurang tepat bukan berarti tidak tepat kan? :p
    Oke deh, selamat membaca kembali buku-buku dgn sesuka hati.

    ReplyDelete
  5. tentang cinta yang tak tersampaikan ya, Ai? aiih, pantesan yang anonymous ngiranya kamu lagi patah hati :D ehehehe :D tapi ga selalu sih orang patah hati baca buku yang sedih. bisa juga buku yang lain

    ReplyDelete

Terima kasih untuk tidak meninggalkan pesan berbau SARA dan spam di sini ^^v