Aku
mencintai Ai. Tidak tahu sejak kapan --mungkin sejak kali pertama dia
menggenggam tanganku-- aku tidak tahu mengapa, dan aku tidak tahu
bagaimana. Aku hanya mencintainya, dengan caraku sendiri. Sekarang,
semuanya sudah terlambat. Tidak. Semuanya sudah terlambat jauh sebelum
hari ini --mungkin sejak festival musim panas itu, atau mungkin sejak
kedatangan Shin. Dia telah memilih, sadar maupun tidak, dan orang itu
bukanlah aku." -Sei, hal. 117
Begitulah. Sei dan Ai lahir dan tumbuh bersama di sebuah desa kecil di Jepang. Mereka bersahabat. Mereka saling membutuhkan. Mereka saling mencintai -dalam diam. Hingga Shin datang ke dalam masa remaja mereka. Shin yang baru dikenal Ai, namun begitu cepat memahaminya, telah memberi warna baru bagi kehidupan Ai. Dan Sei hanya bisa menyimpan kesedihannya saat Shin melamar Ai di atas Tokyo Tower. Saat itu Sei sadar, harusnya ia bahagia.
Novel ini menyajikan alur yang cepat. Pembaca akan disuguhkan dengan potongan-potongan cerita yang terjalin dari bab ke bab: masa kecil Sei dan Ai, pertemuan dengan Shin, perpisahan sekolah, kuliah di Todai, Natsu dan pernyataan cintanya, hingga episode patah hati Sei. -aku lantas teringat pada komik You're There karya Chie Ito, bukan hanya alurnya, tapi karena tokoh prianya juga bernama Sei.- Belum sempat menyelami cerita yang satu, pembaca diajak menelusuri cerita berikutnya. Beruntung Winna memberikan deskripsi perasaan yang baik hingga setiap cerita bisa terlewati dengan cukup manis.
Berlatar tempat di Jepang sepertinya menjadi satu daya tarik sendiri bagi novel ini. Meski penggambarannya terlalu umum, tapi pembaca bisa memperoleh info tentang beberapa kata dalam bahasa Jepang, kebudayaan, serta beberapa lokasi di Jepang. Tapi sejujurnya, temanya klise, bahkan bisa dibilang agak mirip dengan Senja Bersama Rosie. Tentang hadirnya cinta yang hadir dalam persahabatan sepasang teman masa kecil. Hanya, ending novel Ai masih lebih baik dibanding dengan SBR *teteup sensi sama ending SBR
Yang paling menarik adalah sudut pandang yang digunakan dalam novel ini. Ai terbagi ke dalam dua bagian, bagian pertama menggunakan sudut pandang Sei, bagian kedua mengambil sudut pandang Ai. Tapi bukan berarti ada dua sudut pandang dalam satu peristiwa. Bagian kedua merupakan lanjutan dari bagian pertama, hanya di bagian kedua diceritakan oleh Ai. Di bagian kedua inilah aku baru menemukan konflik dan kejutan yang menarik. Huff,, lama juga yaah!
Maka, buat yang nggak sabaran, bolehlah mengikuti gaya membacaku untuk novel ini: baca beberapa bab di awal, lalu berlanjut ke bab-bab akhir. Dan seperti teenlit pada umumnya, kau akan menutup cerita ini dengan happy ending.
Begitulah. Sei dan Ai lahir dan tumbuh bersama di sebuah desa kecil di Jepang. Mereka bersahabat. Mereka saling membutuhkan. Mereka saling mencintai -dalam diam. Hingga Shin datang ke dalam masa remaja mereka. Shin yang baru dikenal Ai, namun begitu cepat memahaminya, telah memberi warna baru bagi kehidupan Ai. Dan Sei hanya bisa menyimpan kesedihannya saat Shin melamar Ai di atas Tokyo Tower. Saat itu Sei sadar, harusnya ia bahagia.
Novel ini menyajikan alur yang cepat. Pembaca akan disuguhkan dengan potongan-potongan cerita yang terjalin dari bab ke bab: masa kecil Sei dan Ai, pertemuan dengan Shin, perpisahan sekolah, kuliah di Todai, Natsu dan pernyataan cintanya, hingga episode patah hati Sei. -aku lantas teringat pada komik You're There karya Chie Ito, bukan hanya alurnya, tapi karena tokoh prianya juga bernama Sei.- Belum sempat menyelami cerita yang satu, pembaca diajak menelusuri cerita berikutnya. Beruntung Winna memberikan deskripsi perasaan yang baik hingga setiap cerita bisa terlewati dengan cukup manis.
Berlatar tempat di Jepang sepertinya menjadi satu daya tarik sendiri bagi novel ini. Meski penggambarannya terlalu umum, tapi pembaca bisa memperoleh info tentang beberapa kata dalam bahasa Jepang, kebudayaan, serta beberapa lokasi di Jepang. Tapi sejujurnya, temanya klise, bahkan bisa dibilang agak mirip dengan Senja Bersama Rosie. Tentang hadirnya cinta yang hadir dalam persahabatan sepasang teman masa kecil. Hanya, ending novel Ai masih lebih baik dibanding dengan SBR *teteup sensi sama ending SBR
Yang paling menarik adalah sudut pandang yang digunakan dalam novel ini. Ai terbagi ke dalam dua bagian, bagian pertama menggunakan sudut pandang Sei, bagian kedua mengambil sudut pandang Ai. Tapi bukan berarti ada dua sudut pandang dalam satu peristiwa. Bagian kedua merupakan lanjutan dari bagian pertama, hanya di bagian kedua diceritakan oleh Ai. Di bagian kedua inilah aku baru menemukan konflik dan kejutan yang menarik. Huff,, lama juga yaah!
Maka, buat yang nggak sabaran, bolehlah mengikuti gaya membacaku untuk novel ini: baca beberapa bab di awal, lalu berlanjut ke bab-bab akhir. Dan seperti teenlit pada umumnya, kau akan menutup cerita ini dengan happy ending.
Judul | Ai
Penulis | Winna Efendi
Penerbit | Gagas Media
Tahun Terbit | 2009
Tebal | 288 hlm.
buku ini kupinjam dari muridku, xixi
Penulis | Winna Efendi
Penerbit | Gagas Media
Tahun Terbit | 2009
Tebal | 288 hlm.
buku ini kupinjam dari muridku, xixi
No comments:
Post a Comment
Terima kasih untuk tidak meninggalkan pesan berbau SARA dan spam di sini ^^v